Page 43 - kotasehat
P. 43
40
dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari
autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular, atau dari pasien yang diisolasi,
atau materi yang berkontak dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung,
filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya) atau materi yang berkontak
dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan penyakit menular atau sedang
menderita penyakit menular.
Limbah Medis dan Masalah yang Ditimbulkan
Data P2M-PL menunjukkan limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk
imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8 juta limbah alat suntik imunisasi
bayi, 10 juta imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta imunisasi anak sekolah (BIAS)
limbah alat suntik secara kuratif sekitar 300 juta per tahun. Insinerasi juga tidak
menyelesaikan masalah karena pembakaran hanya mengubah volume limbah menjadi
lebih kecil. Belum lagi debu yang juga sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap air. Debu hasil insinerasi yang tak
terurai dan materi tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat menghasilkan
dioksin.
Dari keseluruhan limbah sarana kesehatan / rumah sakit, sekitar 10 sampai 15
persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara
lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari
makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi.
Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan
plastik.
Contoh kasus adalah pembuangan limbah medis ke TPA Ciangir, Tasikmalaya.
Akibatnya beberapa pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu karena menginjak sampah
alat suntik. Kejadian ini selain merugikan pekerja tersebut juga merugikan pihak TPA
karena harus bekerja ekstra untuk memisahkan sampah medis dari sampah rumah tangga.
Di RS atau sarana kesehatan lainnya sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai
contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik. Karena berhubungan langsung dengan
penderita, alat itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila pengelolaan
pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,
pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.