Page 20 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 20

Novel Maryam terlahir dilatari oleh kisah nyata pengarangnya yaitu, Okky

                        Madasari yang berasal dari keluarga penganut aliran Ahmadiyah. Novel Maryam
                        merupakan  karya  novel  ketiganya  setelah  novel  berjudul  86  dan  Entrok.  Selain

                        menulis novel, Okky Madasari juga aktif menulis lirik lagu dengan gubahannya

                        sendiri, sehingga telah tercipta sebuah album musik yang terdiri atas delapan lagu
                        hasil  ciptaannya.    Okky  Madasari  terlahir  di  Magetan,  30  Oktober  1984,  dan

                        merupakan lulusan Universitas Gajah Mada Hubungan Internasional. Okky adalah
                        termasuk  sastrawan  novel  pada  Angkatan  2000,  sebagaimna  berdasarkan  tahun

                        terbitnya, karya sastra novel ini dapat dikategorikan sebagai karya sastra Angkatan

                        2000 (Madasari, 2012).


                        7. Dorothea Rosa Herliany Pengarang Novel Isinga: Roman Papua
                             Novel Isinga: Roman Papua merupakan hasil karya Dorothea Rosa Herliany

                        yang  terbit  pada  tahun  2015,  kemudian  diterbitkan  oleh  PT.  Gramedia  Pustaka
                        Utama. Novel Isinga: Roman Papua memenangkan penghargaan dari Kusala Sastra

                        Khatulistiwa  pada  tahun  2015  (https://id.m.wikipedia.org/wiki.org).  Novel  ini

                        mengisahkan  tentang  persoalan  ketidakadilan  gender  kaum  perempuan  dan
                        mengupas  pula  sisi  lain  tentang  kekerasan  terhadap  masyarakat  Papua  yang

                        dilakuka oleh sistem.  Persoalan yang kedua ini adalah bagian dari transformasi
                        sosial yang terjadi di Papua yang harus menjadi bagian dari penanganan feminis

                        transformasi gender. Pengarang tidak saja menceritakan tentang kekerasan yang

                        dilakukan  Malom  Wos  terhadap  istrinya  yang  bernama  Irewa  Ongge,  namun
                        pengarang juga menceritakan tentang kekerasan yang dilakukan aparat keamanan

                        tehadap masyarakat setempat terutama kaum laki-laki, seperti yang dialami Meage
                        Aromba dan kelompok keseniannya.

                             Novel roman ini,  menjadi salah satu karya sastra novel yang sangat special

                        di mata para sastrawan. Terutama dikarenakan telah memberikan warna khasanah
                        sastra  etnografis  yang  mampu  mengeksplorasi  kehidupan  dan  kebudayaan

                        masyarakat  Papua  secara  utuh  (Khuluk,  2016).  Deskripsi  sampul  pada  cetakan
                        pertama  di  novel  ini  yaitu  berupa  gambar  alam  papua  dengan  latar  belakang







                                                                                                     15
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25