Page 64 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 64

Teweraut yang cukup terpandang di masyarakat Asmat dengan karakternya yang

                        berwibawa,  berkemauan  keras,  disegani,  berkharisma,  berprinsip  kuat,  tegas,
                        bertanggung jawab, dan memiliki harga diri yang sangat tinggi. Ndew Cipcowut

                        adalah ibu Teweraut dan istri pertama dari nDiwi Desman. Dia adalah seorang ibu

                        yang berpandangan maju, pemberani, memiliki pendirian, pengertian, dan sangat
                        memperhatikan pendidikan Teweraut.

                             Novel ini berlatar tempat di Asmat (Papua), Jakarta, London, Amsterdam,
                        Paris, New York, dan New Orleans. Latar waktu terjadinya cerita di antara tahun

                        1970 hingga 1990-an. Latar sosial novel ini adalah masyarakat suku pedalaman

                        Asmat  yang  masih  kuat  dalam  memegang  kepercayaanya  terhadap  ajaran  para
                        leluhur. Mereka juga merupakan masyarakat yang masih kuat dalam memegang

                        adat tradisi secara turun-temurun.
                             Novel ini bertema tentang roman antropologis di hutan rawa Asmat dengan

                        beciri khas muatan feminisme. Novel ini juga mengisahkan tentang masyarakat
                        Asmat  yang  masih  kental  akan  warna  tradisi  masyarakat  pedalaman.  Namun,

                        pengarangnya,  Ani  Sekarningsih    mampu  meramu  cerita  novel  ini  ke  dalam

                        perpaduan di antara budaya tradisional dan modern. Sebuah cerita tentang jalinan
                        romantika kehidupan masyarakat Asmat yang banyak dibumbui dengan adat tradisi

                        leluhur yang masih melekat dalam kehidupan mereka.
                             Kehidupan perempuan Asmat yang masih terbelenggu oleh adat dan budaya

                        patriarkhi  menyebabkan  mereka  sulit  untuk  memperoleh  kemajuan  di  berbagai

                        bidang. Sebagaimana dinarasikan dalam novel ini bahwa kaum perempuan Ewer di
                        Asmat  tidak  memiliki  kebebasan  dalam  mengungkapkan  pikiran  dan  perasaan

                        mereka.  Apapun  yang  diinginkan  dan  dicita-citakan  mereka  sulit  untuk
                        didapatkannya  karena  mereka  tidak  pernah  dilibatkan  pada  rapat-rapat  penting

                        kemasyarakatan. Kaum perempuan Ewer juga tak pernah dimintai urun pendapat

                        mereka terkait keputusan aturan  adat  bagi  kaum  perempuan. Kemudian  mereka
                        tidak penah dilibatkan dalam prosesi ritual adat yang bersifat sakral. Jika orang

                        Asmat melibatkan kaum perempuan dalam berbagai kegiatan yang bersifat adat
                        yang dikhawatirkan kaum laki-laki yaitu bisa melahirkan kaum perempuan yang







                                                                                                     59
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69