Page 23 - Mengungkap Kejayaan asian Games 1962
P. 23
Mengungkap Kejayaan Asian Games IV 1962 di Era Sukarno
dan Upaya Indonesia Mengulang Kembali di Era Jokowi
yang mendesak. Kebijakan ini menurut istilah yang umum
pada saat ini bisa saja dianggap sebagai kebijakan yang tidak
populer atau kebijakan yang dipandang kurang memihak
kepada kepentingan rakyat banyak. Disaat sebagian besar
rakyat masih banyak yang kelaparan, susah mencari sandang
pangan, ekonomi sedang terpuruk, pemerintah justru tetap
bersikukuh menginginkan agar Indonesia bisa atau dapat
menjadi tuan rumah AG IV yang tentunya memerlukan dana
yang sangat besar. 42
Ini menjadi permasalahan utama yang perlu dikaji secara
mendalam, bahwa Indonesia, dalam keadaan ekonomi yang
masih memprihatinkan dan terpuruk, ada banyak konflik dan
pergolakan di dalam negeri, serta terancam oleh perpecahan
(disintegrasi), tetap begitu berhasrat menginginkan agar
Indonesia dapat menjadi tuan rumah penyelenggaraan AG
IV tahun 1962. Misalnya, untuk pembangunan Stadion Asian
Games yang kemudian dikenal dengan Stadion Utama Gelora
Bung Karno (SU GBK), diperlukan dana tidak kurang dari
12,5 Juta US dollar yang merupakan bantuan dari pemerintah
tentang olahraga cukup beragam dengan konsep olahraga Dunia Barat yang
dianggap sudah relatif modern. Olahraga (sport) diartikan sebagai latihan gerak
badan untuk menguatkan dan menyehatkan badan. Lihat: W.J.S Poerwadarminta.,
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi III, hlm. 808.
Lihat juga: Rusli Lutan., Indonesia and the Asian Games: Sport, Nationalism and
the “New Order” kumpulan artikel dalam: Sport, Nationalism and Orientalism
the Asian Games (London and New York: Routledge, Taylor & Francis Group,
2007), hlm. 1. Lihat juga: Jay Coakley., Sport in Society: Issues and Controversies
(Singapore: McGraw-Hill, 2001), hlm. 2 – 3.
42 Sekretariat Negara Republik Indonesia., Dari Gelora Bung Karno ke Gelora
Bung Karno., Ibid. hlm. 37. Lihat juga: Kumpulan Pidato Presiden. Dokumen Nomor
160., 02/08/1960.
14