Page 292 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 292

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    (kasmaran) dalam metrum  Asmarandana. Begitu juga dalam  Dangdanggula
                                    Panorahan Rasa dan Amis Tiis Pentil Majapait yang menggambarkan ekspresi
                                    Mustapa akan keagungan Tuhan dan ajaran-Nya yang sampai di tatar Sunda.
                                                                                                            111
                                    Di sini tampak terjadi penyatuan antara ekspresi sastra sufistik dengan suasana
                                    batin dalam  suluk-nya sendiri.  Efek puitika  dangding  Mustapa akan terasa
                                    sepenuhnya manakala dilantunkan dengan penuh penghayatan sesuai dengan
                                    jenis  pupuh-nya. Dan ajaran martabat tujuh merupakan inti dari  dangding
                                    sufistik Mustapa.










                                    Dangding Martabat Tujuh dan Pengaruh Tuhfah




                                    Haji Hasan Mustapa (1852-1930) merupakan salah satu penerus tradisi tasawuf
                                    Nusantara dari tatar Sunda (Jawa Barat). Ia merupakan sastrawan Sunda
                                    terbesar yang menulis lebih dari sepuluh ribu bait puisi dangding atau guguritan
                                                     112
                                    berbahasa Sunda.  Salah satu inti pembahasan dalam puisi sufistiknya adalah
                                    martabat tujuh. Sebuah tema populer dalam tradisi keilmuan Islam Nusantara.
                                    Tema yang umumnya ditemukan dalam naskah keagamaan terutama di Aceh,
                                    Palembang, Buton, Jawa, Sunda, Banjar dan lainnya. 113

                                    Ajaran martabat tujuh merupakan salah satu tema penting yang menjadi poros
                                    hampir keseluruhan tema puisi dangding Mustapa. Karenanya sulit memahami
                                    pikiran Mustapa tanpa berpijak pada ajaran ini. Terlebih Mustapa juga menulis
                                    karya khusus berjudul Aji Wiwitan Martabat Tujuh.  Inilah yang menjadi salah
                                                                                    114
                                    satu alasan mengapa dibanding anekdotnya, kandungan puisi Mustapa sulit
                                                                                                            115
                                    dipahami orang Sunda sebagaimana dikeluhkan banyak sastrawan Sunda.
                                    Bahkan Millie mengaku merasa tidak sanggup mengarungi dunia Mustapa
                                    dan membiarkannya menggaruk-garuk kepala ketika berhadapan dengan
                                    guguritan-nya.   Akibatnya  berbagai  kesalahfahaman  pun  muncul  hingga
                                                  116
                                    mengundang reaksi negatif seperti tampak pada jawaban Mustapa atas 'surat
                                    kaleng' yang diduga dikirimkan oleh Sayyid Uthman (1822-1914), ulama Betawi
                                    jaman kolonial. 117

                                    Salah satu kelebihan puisi Mustapa tentang  Martabat Tujuh adalah
                                    pengungkapannya yang dijejakkan dalam alam pikiran Sunda. Berbagai metafor
                                    alam  pikiran kesundaan digunakan untuk mengungkapkan perasaannya dalam
                                    bingkai martabat tujuh. Bahasa simbol kiranya mampu mewakili perasaan
                                    spiritual mistis yang dialami oleh siapapun yang merasakan kedekatannya dengan
                                    Tuhan.  Karenanya  tidak  salah  bila  dikatakan  bahwa sastrawan  merupakan






                    278
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297