Page 288 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 288
Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4
Sosok Mustapa dan karya dangding-nya menunjukkan tipikal identitas
Islam Sunda yang mampu melakukan "penerjemahan" kultural melalui
pengadaptasian tradisi tasawuf ke dalam konteks lokal. Melalui pijakan
keselarasan keduanya, artikulasi Islam tasawuf yang dibawa Mustapa berhasil
menusuk ke jantung tradisi Sunda sekaligus dengan menggunakan tradisi
sebagai wadah dalam mengungkapkan kekayaan ruhaninya. Mustapa berhasil
menyerap dan menginterpretasikan tradisi intelektual mistik dari Timur Tengah,
Melayu, dan boleh jadi Jawa sekaligus meleburkannya dengan kekayaan tradisi
nenek moyangnya sendiri. Karya puisi dangding adalah salah satu karyanya yang
secara jelas menunjukkan relasinya dengan tradisi intelektual ulama Nusantara
yang dipertemukan dengan perspektif sastra dan budaya Sunda.
Dangding Sufistik Haji Hasan Mustapa
Dalam tradisi sastra Sunda, Mustapa dianggap sebagai sastrawan Sunda terbesar.
Karya prosa dan puisinya menandai puncak literasi sastra sufistik orang Sunda.
Dangding sufistiknya kebanyakan menggunakan bahasa Sunda beraksara
pégon. Ia menulis hampir keseluruhan dangding sufistiknya sekitar tahun
1900-1902. Di banding karya prosanya, dangding Mustapa masih banyak yang
belum tersentuh. Dari sekitar 10.000 bait dengan lebih dari 60 judul dangding,
belum seluruhnya ditransliterasi dan dipublikasikan. Sebagian naskahnya masih
tersimpan di UB Leiden. Berdasarkan catatan katalog Naskah Sunda, naskahnya
ditandai dalam Cod. Or. 7872-7879 dan diberi judul KepercayaandanMistik atau
dalam inventarisasi R.A. Kern ditandai dengan "over geloofsleer en mystiek"
(bab kepercayaan dan mistik). Naskah salinannya kemungkinan termasuk ke
99
Karya prosa dan dalam naskah periode terakhir dilihat dari rentang beredarnya naskah Sunda
puisinya menandai antara abad ke-14 hingga akhir abad ke-20 M. Aksara pegon yang digunakannya
puncak literasi dalam naskah karenanya berada dalam situasi kemunduran karena semakin
sastra sufistik orang terdesak oleh aksara Latin. Selain koleksi UB Leiden, naskah salinan karya
100
Sunda. Dangding
sufistiknya kebanyakan guguritan Mustapa juga terdapat di Perpusnas Jakarta dan koleksi individu.
menggunakan bahasa Salah satunya adalah hasil salinan M. Wangsaatmadja, sekretaris Mustapa.
Sunda beraksara Hasil suntingannya itu diberi judul Aji Wiwitan I-IV. Sayangnya Wangsaatmadja
pégon. Ia menulis menyalinnya ke dalam aksara Roman dan kemudian naskah asli tulisan tangan
hampir keseluruhan Mustapa dimusnahkannya. 101
dangding sufistiknya
sekitar tahun 1900- Publikasi dangding Mustapa umumnya dilakukan Ajip Rosidi, seperti tampak
1902.
pada Dangding Djilid nu Kaopat (1960) memuat empat belas judul dangding.
274