Page 314 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 314

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    64    Lynda Newland, “Under the Banner of Islam: Mobilising Religious Identity in West Java,”
                                          The Australian Journal of Anthropology, 2000, 11: 2, hlm.202.
                                    65    Tini Kartini, et.al.,  Biografi dan Karya Pujangga Haji Hasan Mustapa  (Jakarta: Pusat
                                          Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Jakarta, 1985), hlm. 13.
                                    66    Artinya: “Ketika kecil saya belajar pada Embah Haji Hasan Basri, Kiarakonéng, yang terkenal
                                          dalam membaca Al-Qur’an, setengah hafal Al-Qur’an... Lalu pindah lagi mengaji ilmu
                                          sharaf nahwu (gramatika bahasa Arab) yang masih dasar pada mantan Juragan Penghulu
                                          Raden Haji Yahya, Garut... Lalu saya pindah lagi ke Tanjungsari Sumedang di Pesantren
                                          Kyai Abdul Hasan (Sawahdadap)... Lalu pindah lagi ke Cibunut, Kyai Muhammad, Garut...
                                          Lalu datang lagi guru baru, paman Muhammad Idjra’i, menantunya (Kyai Muhammad),
                                          memberi pengajaran dari Kyai Abdulkahar (Dasarema Surabaya), Kyai Khalil (Bangkalan
                                          Madura).”  Ajip  Rosidi,  Haji Hasan Mustapa jeung Karya-karyana,  Bandung: Pustaka,
                                          1989,hlm. 48.
                                    67    Murid-murid Mulabaruk di antaranya: Muhammad Razi Sukamanah yang belajar Alfiyyah
                                          di Madura; Raden Haji Yahya yang lalu menjadi Kepala Penghulu Garut; Faqih Muhammad
                                          Arif Sumedang; Muhammad Sahidi Bumikasih yang belajar dengan Ubaydah; Ahli Bahasa
                                          Arab Kyai Bunter Tanjungsari Sumedang yang meninggal di Mekah; ahli membaca Al-
                                          Qur’an Hasan Basri Kiara Kareng (Koneng) Suci (w. 1865); dan Kyai Cipari Wanaraja.
                                          Murid Mulabaruk lainnya adalah Muhamad Sahih (w. 1886), guru dari Muhammad
                                          Talhah Kalisapu, anak Penghulu Cianjur. Talhah adalah salah satu murid Mustapa yang
                                          dibimbingnya selama di Mekah, lalu mengembangkan tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah
                                          di Cirebon. Ia juga menganut beberapa tarekat, seperti Khalidiyah, Haddadiyah, dan
                                          Qadiriyah Naqsabandiyah. Michael Laffan, The Makings of Indonesian Islam: Orientalism
                                          and the Narration of a Sufi Past, Princeton: Princeton University Press, 2011, hlm. 152-153
                                          dan 275-276.
                                    68    C. Snouck Hurgronje, Mekka in the Latter Part of the 19th Century, trans. J.H. Monahan
                                          with an introduction by Jan Just Witkam. Leiden: Brill, 2007, hlm. 286-287.
                                    69    Jajang  Jahroni,  “The  Life  and  Mystical  Thought  of  Haji  Hasan  Mustafa  (1852-1930),”
                                          (Thesis Leiden University, 1999), hlm. 41.
                                    70    Michael Laffan, The Makings of Indonesian Islam, hlm. 149.
                                    71     Jajat Burhanudin, Ulama & Kekuasaan, hlm. 113-116; Abdurrahman Mas’ud, Intelektual
                                          Pesantren: Perhelatan Agama dan Tradisi, Yogyakarta: LKiS, 2004, hlm. 95-132 dan 197-
                                          221.
                                    72    Azyumardi Azra, The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia, hlm. 275.
                                    73    Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia,Survey Historis, Geografis dan
                                          Sosiologis, Bandung: Mizan, 1992, cet. ke-2, hlm. 72-73.
                                    74    Ajip Rosidi, Haji Hasan Mustapa jeung Karya-karyana, hlm. 48.
                                    75    Solihin keliru menyebutnya sebagai  Tuhfah Al-Mursalah  Al-Burhanfuri, lihat Muhtar
                                          Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Jakarta: Rajawali Press, 2005, hlm. 186-
                                          187.
                                    76    Mohammad Iskandar, Para Pengemban Amanah, Pergulatan Pemikiran Kiai dan Ulama di
                                          Jawa Barat, 1900-1950 (Yogyakarta: Mata Bangsa, 2001),hlm. 86.
                                    77    ‘Umar ‘Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba’dh ‘Ulama’ina fi Al-Qarn al-Rabi’ ‘Asyr li al-Hijrah
                                          (Jeddah: Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Su’udiyyah, 1403 H/1982 M), cet. ke-3,hlm. 140-142;
                                          ‘Abdullah ibn Abdurrahman al-Mu’allimi, A’lam al-Makkiyyin min Al-Qarn al-Tasi’ ila al-
                                          Qarn al-Rabi’ ‘Asyar al-Hijri, Mekkah-Madinah: Mu’assasah Al-Furqan li Al-Turats al-Islami,
                                          1421 H/2000 M),hlm.488.
                                    79    Michael Laffan,  The Makings of Indonesian Islam, hlm. 155. PH. S. van Ronkel.
                                          “Aanteekeningen over Islam en Folklore in West-en Midden Java, Uit Het Reisjournaal
                                          van Dr. C. Snouck Hurgronje,” BKI 101 (1942): 311-339. Haji Hasan Mustapa, Gendingan
                                          Dangding Sunda Birahi, hlm. 49.
                                    80    Haji  Hasan  Mustapa,  Bab  Adat   Oerang  Priangan  Djeung  Oerang  Soenda  Lian  ti  Eta,
                                                                   2
                                          Ditjitakna di kantor tjitak Kangdjeng Goepernemen di nagara Batawi, 1913, hlm. 194.
                                    81    Michael Laffan, The Makings of Indonesian Islam, hlm. 149; Michael Laffan, “New Turn to
                                          Mecca,” Revue des mondes musulmans et de la Mediterrranee [online] 124, Noovember





                    300
   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319