Page 310 - SKI jld 4-16 2015 Resivi Assalam
P. 310

Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 4







                                    Penutup




                                    Islam  dan  pesantren  memiliki  peran  besar  dalam  membentuk  budaya  dan
                                    sastra Sunda. Seiring dengan perkembangan zaman, sastra Sunda melakukan
                                    penyesuaian dan perubahan yang dipengaruhi ajaran Islam.  Tidak hanya melalui
                                    adaptasi bahasa dan tema yang masuk ke dalam sejumlah sastra Sunda lama,
                                    tetapi juga mempengaruhi tumbuhnya bentuk sastra Islam Sunda yang semula
                                    berasal dari khasanah sastra Islam. Tak sedikit sastra Sunda digunakan sebagai
                                    wadah dalam mengekspresikan pandangan keagamaan dan pengalaman
                                    batinnya seperti terlihat dalam sastra sufistik Sunda Haji Hasan Mustapa. Ia
                                    menginterpretasikan pengalaman sufistik yang diungkapkan melalui sastra
                                    sufistik dan keberaksaraan lokal dengan karakteristik alam kesundaan. Haji
                                    Hasan Mustapa sebagai pujangga Sunda terbesar memiliki kontribusi penting
                                    dalam proses indigenisasi Islam dan peneguhan identitas Islam lokal di tatar
                                    Sunda.

                                    Namun, sayangnya tidak banyak orang Sunda yang mengenal sosok sufi
                                    soliter ini dengan segala kekhasan ekspresi sastra sufistiknya itu. Mustapa kini
                                    umumnya hanya dikenal sebagai nama populer salah satu jalan di Bandung
                                    (Jl. PHH. Mustapa). Menghidupkan kembali sastra suluk Mustapa penting
                                    untuk diperhatikan di tengah situasi kebangsaan dan arus kesundaan yang
                                    akhir-akhir ini cenderung didominasi oleh pemikiran dan gerakan Islam yang
                                    lebih mengedepankan aspek formalitas-simbolik ketimbang substansi, lebih
                                    menonjolkan arabisme dari pada jiwa kesundaannya. Dalam konteks imajinasi
                                    budaya bangsa di negara Indonesia yang masih terbayang (imagined community),
                                    khazanah sastra dan budaya Islam lokal kiranya bisa menjadi pijakan dalam
                                    merekonstruksi identitas negara Muslim terbesar ini. Termasuk kesadaran akan
                                    pentingnya pembacaan atas kreasi sastra sufistik lokal yang sudah memperkaya
                                    khazanah tradisi intelektual Islam Nusantara.




                                                                                           Jajang R. Rohmana























                    296
   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315