Page 209 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 209
Pangeran Mohammad Noor 195
32 Suriani, Pasukan, hlm. 14.
33 Basry, Kisah, hlm. 48.
34 Noor, Teruskan . . ., hlm. 50.
35 Noor, hlm. 50.
36 Suriani, Pasukan, hlm. 16.
37 Sebutan ‘Pasukan MN 1001’ merupakan singkatan nama Mohammad Noor,
sedangkan ‘1001’ adalah ‘cara’ atau ‘jalan’ yang bermakna banyak cara atau jalan
perjuangan.
38 Surat Keterangan Gubernur Borneo, 12 Januari 1946, dan Surat Pas Jalan dari
Gubernur Borneo, 14 Januari 1946, kepada Tjilik Riwut selaku utusan Pemerintah RI
ke Kalimantan. Lihat Suriani, Pasukan, hlm. 17–8.
39 Suriani, Pasukan, hlm. 19.
40 Suriani, hlm. 21.
41 Wawancara Suriani dengan Darham Hidayat menyebutkan pertemuan antara Tjilik
Riwut dan Pangeran Mohammad Noor membahas strategi penyeberangan ke
Kalimantan. Strategi penyebarangan juga terdapat dalam Surat Instruksi
Gubernur, No. 73/170.0, 4 Februari 1946. Lihat Suriani, Pasukan, hlm. 21.
42 Rombongan Tjilik Riwut terdiri atas tujuh pasukan lama, lima orang pasukan baru
bergabung berasal dari Sungai Tabuk, lima orang awak kapal dan seorang kepala
desa sebagai pemandu. Suriani, Pasukan, hlm. 25.
43 Suriani, hlm. 26.
44 Basry, Kisah, hlm. 49.
45 Suriani, Pasukan, hlm 31–3.
46 Perjanjian Linggarjati didahului oleh perundingan di Hoge Voluwe, Negeri Belanda
(14 –24 April 1946) berdasarkan suatu rancangan yang disusun oleh Sjahrir,
perdana menteri dalam Kabinet Sjahrir II. Sebelumnya (10 Februari 1946), ketika
Sjahrir menjabat perdana menteri dalam Kabinet Sjahnr I, Van Mook telah
menyampaikan kepada Sjahrir rencana Belanda yang berisi pembentukan negara
persemakmuran Indonesia, yang terdiri atas kesatuan-kesatuan yang memiliki
otonomi dari berbagai tingkat negara persemakanuran menjadi bagian dari Kerajaan
Belanda. Bentuk politik ini hanya berlaku untuk waktu terbatas; setelah itu peserta
dalam Kerajaan dapat menentukan apakah akan melanjutkan hubungan
berdasarkan kerja sama yang bersifat suka rela. Sementara itu, pemerintah Inggris

