Page 213 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 213

I Gusti Ketut Pudja      199



                              I GUSTI KETUT PUDJA

                    SANG “KUSIR” DAN RIWAYAT SUNDA KECIL





                                  I GUSTI AGUNG AYU RATIH





               I Gusti Ketut Pudja lahir di lingkungan Puri Sukasada, Buleleng, pada
               19 Mei  1908, sehari sebelum Boedi Oetomo berdiri di Batavia dan
               ditandai sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Jawa sedang digerakkan
               oleh gairah kaum priayi terpelajar untuk membangun organisasi
               modern, membincangkan ketidakadilan yang dialami rakyat terjajah,
               dan menyebarkan gagasan tentang nasion melalui berbagai bentuk
               terbitan. “’Insulinde, de schoone slaapster’ was ontwaakt!” (Insulinde,
               gadis cantik yang tidur itu telah terjaga), demikian komentar tokoh
               pencetus Politik Etis, Conrad T. van Deventer, tentang bangkitnya
                                                        1
               kesadaran nasional di kalangan bumiputra.
                      Sementara itu, di Bali para bangsawan sedang terpuruk
               setelah  kerajaan-kerajaan  mereka  beruntun  digempur  pasukan
               Belanda sejak pertengahan abad ke-19. Tepat tiga minggu sebelum
               Pudja lahir, pada 28 April 1908, kerajaan Klungkung, kerajaan
               mandiri  terakhir  di  Bali,  berhasil  ditaklukkan  setelah raja  dan
               seluruh keluarganya melakukan  puputan—perlawanan sampai titik
                                  2
               darah penghabisan.  Kerajaan Buleleng sendiri telah terlebih dahulu
               dikalahkan  dalam  perang  habis-habisan di Desa  Jagaraga, 12
               kilometer di  sebelah timur Kota Singaraja, pada 1849.   Dengan
                                                                       3
               jatuhnya Buleleng,  pemerintah  kolonial memantapkan  posisinya di
               Bali Utara sebagai pijakan untuk memperluas kekuasaan politiknya
               ke seluruh Bali antara lain dengan menunjuk seorang residen untuk
               mengurus administrasi pemerintahan pulau tersebut. Selanjutnya,
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218