Page 218 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 218

204       Gubernur Pertama di Indonesia



            menyesuaikan dengan struktur sosial yang bekerja dalam
            masyarakat  saat itu dan meyakinkan keluarga aristokrat bahwa
            pendidikan  ala  Eropa tidak akan mengacaukan  sistem kasta yang
            berlaku. Memang banyak keluarga aristokrat mencurigai sekolah
            modern  sebagai institusi asing yang akan menghancurkan adat-
            istiadat  Bali dengan membuat anak-anak kurang ajar  dan tidak
                                                              17
            menghormati lagi orang-orang berkasta tinggi.   Ayah Pudja
            tampaknya berpandangan berbeda. Ia justru melihat bahwa anak-
            anaknya perlu belajar “ilmu Belanda” agar lebih mudah memperoleh
                                                 18
            pekerjaan dalam pemerintahan kelak.   Lebih dari itu, mungkin ia
            menyadari bahwa bangsa Belanda/Eropa memiliki kelebihan
            tersendiri yang membuat mereka berhasil mengalahkan bangsa Bali.
                                                                19
            Ia ingin anak-anaknya mempelajari kelebihan tersebut.
                   Setelah tujuh tahun belajar  di HIS, Pudja  lulus dengan baik
            dan  didorong untuk  melanjutkan  pendidikannya. Saat itu di Bali
            belum ada sekolah menengah sehingga ia harus melanjutkan ke Meer
            Uitgebreid  Lager Onderwijs (MULO) di  Malang. Tidak ditemukan
            banyak cerita tentang pengalaman Pudja merantau untuk kali
            pertama. Namun, menilik cerita putra-putra raja Gianyar dan
            Karangasem yang juga bersekolah di MULO Malang beberapa tahun
            kemudian, Pudja mungkin  mondok  pada keluarga Belanda  dan
            mempelajari  kebiasaan  hidup  baru  yang  sangat  berbeda  dari
            kesehariannya di Bali.  Misalnya, ia harus menjalani kegiatan rutin
                                  20
            dan tepat waktu sesuai dengan jarum jam, membiasakan diri tampil
            bersih dan teratur, atau berbincang-bincang dengan orang dewasa.
            Di sekolah, Pudja harus bekerja keras karena banyak mata pelajaran
            yang wajib diambil dan  tidak  mudah karena  tidak langsung
            berhubungan dengan  pengalaman hidupnya  sebagai orang  Bali.
            Selain empat bahasa asing—Belanda, Inggris, Perancis dan Jerman—
            ia juga harus mempelajari sejarah  Tanah Air dan ketatanegaraan
            Belanda. Hal lain yang mungkin baru bagi Pudja adalah pergaulan
            dengan suku-suku bangsa lain yang bersekolah di MULO dan
            memberinya gambaran lebih luas tentang masyarakat Hindia
            Belanda.
   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223