Page 219 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 219
I Gusti Ketut Pudja 205
Ayah Pudja tidak tanggung-tanggung menjalankan niatnya
memberikan pendidikan terbaik bagi putranya. Begitu lulus dari
MULO pada 1926, Pudja dikirim ke jenjang sekolah yang lebih tinggi,
Algemeene Middelbare School (AMS) Bagian A di Bandung, dengan
biaya tidak sedikit. AMS adalah sekolah termahal kedua setelah
Technische Hoogeschool (THS, Sekolah Tinggi Teknik, sekarang ITB)
pada zaman itu, terutama karena para pengajarnya adalah sarjana
yang bertugas mempersiapkan murid-muridnya melanjutkan studi
ke perguruan tinggi di Hindia Belanda atau Negeri Belanda.
Konsentrasi pengajaran di AMS-A adalah Westerse-klassieke (sastra-
budaya klasik Barat) dengan sejumlah mata pelajaran seperti sejarah,
sastra, filsafat, ketatanegaraan, sains, olahraga dan kesenian selain
bahasa-bahasa Belanda, Inggris, Prancis dan Latin. Tokoh-tokoh
nasional lain yang juga bersekolah di AMS-A pada periode yang sama,
dan kemungkinan satu angkatan dengan Pudja, adalah Sutan Sjahrir,
Mohamad Natsir, dan Sjafruddin Prawiranegara. Namun, berbeda
dengan Sjahrir yang sangat aktif dengan pelbagai kegiatan
21
kepemudaan dan menjadi sangat populer di kalangan siswa AMS,
Pudja tampaknya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
belajar. Padahal Bandung kota metropolitan yang dihidupkan oleh
bukan saja beragam acara kebudayaan, tetapi juga politik. Di
Bandung pula, Ir. Sukarno, yang baru lulus dari THS setahun
sebelumnya, mencanangkan berdirinya Perserikatan Nasional
Indonesia pada 1927.
Asrama Guntur
adalah
koleksi https://share
house.wordpress.co
m/2012/07/07/arch
ive-snaps-old-guntur-
theater-pasar-
rumput-jakarta/

