Page 54 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 54

Teuku Mohammad Hasan         41



               diakhiri melalui revolusi sosial. Meski putra uleebalang, Mohammad
               Hasan adalah pendukung Republik sejak awal. Hal itu menjadikannya
               sebagai pengecualian dari sebagian besar uleebalang yang berada di
               Aceh pada saat itu.
                      Selama masa studinya di Negeri Belanda, Hasan bukan jenis
               mahasiswa  rantau  yang  aktif  dalam  berorganisasi  seperti  Sutan
               Sjahrir  atau  Mohammad  Hatta.  Meski  demikian,  ia  menunjukkan
               antusiasme  terhadap  gagasan  kemerdekaan  dan  bersedia  ikut
               berjuang ketika kembali ke Tanah Air. Hasan menyelesaikan studinya
               tepat waktu, yang menunjukkan kualitas dirinya sebagai pribadi yang
               fokus.  Ia  tak  segan-segan  menyatakan  keberpihakannya  terhadap
               kemerdekaan  Indonesia  sejak  kembali  ke  Aceh  meski  tidak  serta
               merta mengikuti organisasi anti-kolonial  yang pada saat itu  tengah
               tumbuh subur di Hindia Belanda.
                      Selain  kecakapannya  dalam  berkomunikasi,  Hasan  memiliki
               wawasan  yang  luas  mengenai  sistem  hukum,  situasi  ekonomi  dan
               politik  global  serta  pengetahuan  yang  mendalam  mengenai  adat-
               istiadat   masyarakat.   Latar   belakang   pendidikan    agaknya
               berkontribusi  banyak  dalam  hal  ini  sehingga  membuat  Hasan
               menjadi  salah  satu  gubernur  awal  di  Sumatera  yang  memiliki
               hubungan  baik  dengan  para  pejabat  di  pemerintah  pusat,  bahkan
               setelah  ia  tidak  lagi  menjadi  Gubernur  Sumatera.  Hasan  juga  sigap
               dalam  bertindak,  meskipun  cenderung  berhati-hati  agar  tidak
               mencederai kepentingan umum.
                      Selama  masa  Agresi  Militer  I  dan  II,  Hasan  melimpahkan
               energi, waktu dan pikirannya untuk mendukung pemerintahan pusat
               yang tengah dalam krisis. Ia tidak hanya mendampingi Mohammad
               Hatta  selama  berada  di  Sumatera,  tetapi  juga  memastikan  wakil
               presiden pertama tersebut dapat pergi dan kembali dengan keadaan
               yang aman. Ketika Agresi Militer II dilancarkan oleh pihak Belanda,
               bersama  dengan  Sjafruddin  Prawiranegara,  Hasan  langsung  sigap
               menyambut  pembentukan  Pemerintah  Darurat  Republik  Indonesia.
               Selama delapan bulan menjadi bagian dari PDRI, ia hidup berpindah-
               pindah  untuk  menghindari  serangan  Belanda.  Selama  masa  itu,
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59