Page 50 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 50
Teuku Mohammad Hasan 37
Perjanjian Renville ternyata juga tidak berumur panjang.
Menjelang akhir 1948, pesawat Belanda terbang di atas kota
Bukittinggi dan mengedarkan pamflet yang berisi bahwa Perjanjian
Renville tidak berlaku lagi. Satu hari setelah pamflet beredar,
Belanda menerjunkan pasukan terjun payung di Maguwo dan
menduduki Yogya pada 19 Desember 1948. Presiden Sukarno, Wakil
Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi ditahan. Di
Sumatera, Mohammad Hasan memperoleh surat kawat dari Mr.
Syarifuddin Prawiranegara mengenai pembentukan pemerintah
darurat;
Kami Presiden Republik Indonesia memberitahukan bahwa
pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 06.00 pagi,
Belanda telah mulai serangannya atas Ibukota Yogyakarta.
Jika dalam keadaan pemerintah tidak dapat menjalankan
kewajibannya lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin
Prawiranegara, Menteri Kemakmuran Republik Indonesia,
untuk membentuk Pemerintah Republik Indonesia Darurat di
Sumatera.
Yogyakarta, 19 Desember 1948
Presiden (Sukarno)
Wakil Presiden (Mohammad Hatta)
9
Secara spontan, Mohammad Hasan menyetujui usulan itu
karena terdorong oleh kepentingan perjuangan nasional. Sjafruddin
Prawiranegara menunjuk Hasan sebagai wakil Pemerintah Darurat
Republik Indonesia yang berkedudukan di Bukittinggi. Keputusan
pertama yang diambil Hasan saat itu adalah menginstruksikan
pejabat pemerintah di Bukittinggi bersiap mengungsikan diri ke
perkebunan Halaban, dekat Payakumbuh. Salah satu tugas utama
yang diemban oleh PDRI Sumatera adalah menyiarkan kabar
mengenai keadaan Indonesia melalui radio dan menerima kabar
internasional dari All India Radio di New Delhi.