Page 51 - Naskah Gubernur Pertama di Indonesia
P. 51
38 Gubernur Pertama di Indonesia
Dalam masa darurat ini pula rombongan PDRI terus
berpindah-pindah di Sumatera untuk menghindari seragam udara
dari Belanda. Hal itu terus dilakukan hingga Perjanjian Roem-Royen
disepakati pada 7 Mei 1949. Seperti yang ditulis Hasan, banyak orang
yang tidak setuju dengan isi kesepakatan tersebut, namun demi
menjaga kesatuan dan keutuhan negara, ia dan para pengurus PDRI
memutuskan untuk bersabar.
Tengku Daud Beureueh menyambut kedatangan Presiden Sukarno di Aceh, 1948
(Sumber: Gubernur Sumatera: Dari Aceh ke Pemersatu Bangsa).
Pada awal Juli 1949, utusan Republik yang terdiri dari M.
Natsir, J. Leimena, dan Dr. Halim datang ke Bukittinggi menemui para
pejabat PDRI. Dari pertemuan dengan para utusan, Sjafruddin
Prawiranegara memutuskan terbang kembali ke Jakarta bersama
Menteri Keunangan Mr. Lukman Hakim, yang juga menundi
pengembalian mandat dari Ketua PDRI kepada pemerintahan
Soekarno-Hatta. Setelah pertempuran yang sengit dan memakan
banyak korban, perundingan yang menimbulkan perpecahan, dan
berbagai krisis sejak kemerdekaan, melalui Konferensi Meja Bundar
pada 27 Desember 1949, menyerahkan kedaulatan Indonesia yang