Page 97 - 02 BUKU BAHAN MATERI FILM SEJARAH 270118
P. 97

BAHAN MATERI FILM SEJARAH






                 Memed Sudiono, Brotokusumo, Sukseksi dan Abdul Razak Rasjid.
                      Pada pukul  19.00, operator  membuka tombol stasiun  radio  melalui
                 station call. Berkumandanglah lagu Indonesia Raya. Suara berat Sakti

                 Alamsyah pun mengangkasa, di mulai dengan kalimat, “di sini Bandung,
                 siaran Radio  Republik Indonesia”.  Di  sela-sela siaran terdengar lagu
                 tradisional Sunda, degung ladrak dan lengser, Sakti membacakan naskah
                 proklamasi.92 Selanjutnya, pembacaan teks proklamasi melalui udara pun

                 pada pukul 20.00 dan 21.00. Proklamasi yang dikumandangkan menggunakan
                 bahasa Indonesia dan Inggris ditutup dengan memperdengarkan lagu
                 Indonesia Raya.



                 3.2  Sinopsis dan Story Argument


                 a. Sinopsis

                      Dari awal, Sakti dianggap sebagai pemuda yang tidak berguna oleh
                 Aceng, bapaknya. Sikap Sakti yang suka menentang pendapat Aceng yang

                 pesimis terhadap kondisi Indonesia pada saat itu makin membuat Aceng
                 menganggap Sakti pemuda yang delusi, ikut-ikutan sok nasionalis, padahal
                 dia sendiri kerja di radio Jepang.
                      Satu hari, Sakti mendapat pamflet tentang kemerdekaan Indonesia.

                 Tentu dia langsung membawa selebaran itu ke  Aceng, supaya ia ikut
                 melawan Jepang yang masih sok berkuasa di daerah mereka. Namun Aceng
                 malah tidak percaya dengan berita yang disampaikan Sakti. Ia bahkan
                 menuduh Sakti membohongi dirinya yang buta huruf latin. Buktinya Jepang

                 masih berkeliaran di sekitar rumah, katanya.
                      Sakti sadar, penyebaran berita kemerdekaan melaui pamflet tidak
                 akan berlaku untuk orang-orang yang buta huruf seperti ayahnya. Tak ada
                 cara lain, Sakti harus memperdengarkan siaran radio yang membacakan





                96
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102