Page 43 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 43
Zulkifli Joenoes juga adalah aktifis AMPI, oleh karena itu, dua
kali dia memohon untuk ikut bastra, selalu saya tolak. Terakhir
setelah ia membuat surat pernyataan keluar dari AMPI, kemudian
saya terima dia untuk ikut bastra, dan ternyata setelah beliau
menjadi anggota HMI, beliau sangat taat aturan organisasi,
pemahaman Islam cukup baik, loyal dan militan. Sebagai anggota
HMI (belum alumni), Saya dan Zul sama sama mengajar di SMA
Muhammadiyah Kendari, juga anggota HMI lain diantaranya Hugua,
Adnan Hakim, Sulaiman Ardian dan Saryono Tanjing.
Di penghujung tahun 1983 atau di dipertengahan tahun
1984, Menteri Pemuda dan Olah Raga saat itu, dr. Abdul Gafur
berkunjung ke Kendari. Rupanya mendapat tugas dari Soeharto agar
melakukan mobilisasi untuk mendorong organisasi massa di daerah
agar menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Langkah ini
merupakan upaya pemerintah orde baru untuk memperkuat
ideologi Pancasila sebagai dasar negara sekaligus untuk
mengurangi pengaruh ideologi lain yang dianggap bertentangan
dengan Pancasila.
Mobilisasi ini melibatkan berbagai elemen masyarakat dan
organisasi di daerah, termasuk HMI Cabang Kendari. Pihak inteligen
mendapat informasi bahwa di antara semua elemen organisasi yang
menolak menandatangani surat pernyataan tersebut adalah HMI
Cabang Kendari. Info tersebut betul, karena ketum dan sekum serta
pengurus lainnya memang menolak untuk ikut bertanda tangan
dalam pernyataan tersebut.
Untuk mengatasi masalah ini, maka atas perintah Gubernur
Alala (info dari Ahmad Aljufri, tapi yang diketahui perintah itu dari
Ketua DPRD Sultra Brigjen Madjid Joenoes) agar membujuk ketum
HMI Cabang Kendari. Mereka sepakat untuk mengutus tim senior
HMI dengan anggota pengusaha, dosen dan pejabat. Tim ini
kemudian berencana berkunjung ke rumah Mansyur Pawata di
belakang Teplan Benu-Benua. Rupanya jadwal kedatangan tim
24