Page 46 - Sejarah HMI Cabang Kendari
P. 46
Pawata berangkat untuk menjemput Zulkifli Joenoes (Sekum HMI
saat itu). Waktunya sekitar pukul 02.00/03.00 dini hari. Setelah Zul
bangun dan juga membangunkan istri dan anak yang masih kecil.
Mansyur Pawata menjelaskan apa yang baru dialami. Zul setuju atas
keputusan yang sudah diambil. Zul bersedia ikut untuk
menyembunyikan diri, kemudian pamit dengan istri dan anak. Nama
anak Zul adalah Ahmi (Anak HMI). Keduanya menuju satu tempat
tersembunyi yakni rumah kebun yang cukup layak untuk ditempati.
Pemiliknya kebetulan kenalan dan sahabat baik Zul. Tinggal di
rumah kebun dan terpencil tersebut, suasananya sangat tenang,
cocok untuk merenung diri, tidak ada alat komunikasi, sambil
keduanya menyiapkan soal-soal ujian semester siswa-siswa di SMA
Muhammadiyah. Sekitar 3 hari kami tinggal di rumah tersebut
dengan makan seadanya dan lebih banyak indomie tapi stok rokok
cukup tersedia.
Setelah keduanya pulang dan berkumpul kembali dengan
keluarga dan teman-teman pengurus cabang, ternyata kami
mengetahui bahwa surat pernyataan penerimaan asas tunggal telah
ditandatangani oleh salah satu oknum tanpa persetujuan pengurus
cabang. Oknum itu adalah salah seorang remaja masjid yang juga
anggota HMI sekaligus penjaga masjid di ujung Kendari Beach. Tim
telah memaksa agar oknum tersebut bertanda tangan. Kejadian ini
menambah ketegangan, karena ada indikasi bahwa ada tekanan dari
pihak luar, terutama dari tim mengakibatkan oknum tersebut
membubuhkan tanda tangan. Hal itu tentu saja menciptakan
kekecewaan. Itulah yang membuat Ahmad Lassang marah besar dan
mendatangi orang tersebut, memukulnya sampai benjol-benjol
mukanya. Untung saja orang itu takut membuat laporan polisi.
Kejadian malam itu rupanya memasuki babak baru. Saat
keduanya ke SMA Muhammadiyah untuk menyerahkan naskah
soal-soal ujian semester dan bersiap kembali bertugas sebagai guru.
Setelah menerima honor pembuatan soal-soal ujian semester, tiba-
27