Page 25 - Stikerisasi dan Penyerahan Sertifikat Bagi Usaha Jamu Gendong di Yogyakarta
P. 25
minat banyak kalangan. Kemasan menarik tidak menutup kemungkinan jamu
dikonsumsi pula oleh kalangan anak muda. Dengan demikian, pasar konsumen
jamu bisa menjadi lebih luas lagi. “Ini jadi titik yang penting juga, bagaimana bisa
meningkatkan permintaan, atau siapa yang menyukai jamu melalui pelaku usaha
jamu gendong.
Mereka perlu diberikan bantuan dalam bentuk pengemasan hingga penyajian.
Tentunya, dipastikan kondisinya aman dan berkhasiat,” kata Penny. Wakil Wali Kota
Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan, adanya standardisasi menjadi hal
penting dalam geliat jamu gendong di daerah tersebut. Lewat pelatihan yang
diberikan, para pelaku usaha jamu bisa memperoleh gambaran bagaimana
menyajikan jamu yang higienis dan menarik bagi konsumen.
Niscaya standardisasi itu akan meningkatkan daya saing produk jamu dari setiap
pelaku usaha jamu. “Harapannya, sertifikasi ini meningkatkan penjualan para
pedagang jamu gendong. Ini membuat konsumen semakin yakin bahwa jamu yang
dihasilkan sudah baik pengelolaannya,”ucap Heroe.Puji Rahayu (28), penjual jamu
gendong, menyampaikan, pengetahuannya tentang prosedur pembuatan jamu yang
aman dikonsumsi bertambah seusai mengikuti standardisasi dari BPOM. Ia tak
menyangkal, sebelumnya, ada bahan-bahan jamu yang ternyata tidak memiliki izin
edar dari BPOM.
Dari segi pembuatan, kebersihan (higienitas) juga lebih kami perhatikan lagi.
“Sebelumnya, kami tidak memakai masker atau sarung tangan saat membuat jamu.
Tapi, dengan kondisi seperti ini (pandemi), kami mulai mengenakan keduanya agar
jamu yang kami buat lebih aman bagi pelanggan,” kata Puji. Dalam satu hari, Puji
dapat menjual hingga 12 botol jamu berukuran 1 liter. Jamu yang dijualnya yakni
kunyit asam, beras kencur, temulawak, sirih, dan jamu pahit.
23