Page 141 - Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat ( PDFDrive )
P. 141
126
akar dari sejenis pohon yang disebut eurih (bongkot alang-alang) yang
d i bu buk selem but kapuk. Penggosokkan d i lakukan berulang-ulang
sampai ukiran yang digosok itu sampai mengkilat.
Pembuatan ragam hias dengan motif-motif kembang sungsang,
"mamanukan" (burung-burungan) dan motif kombinasi binatang dan
tumbuh-tumbuhan. yang banyak dipakai untuk ukiran-ukiran tembus
atau kerawang pada lubang-lubang angin dilakukan dengan mengambil
sepotong kayu yang sedang tebalnya sesuai dengan keperluan,
kemudian diukir secara tembus (berlubang-lubang) menurut pola yang
sudah ditentukan.
Bagian-bagian dari motif kerawang ini kait mengkait sedemikian
rupa sehingga tidak satu bagian dari pola pun yang terlepas.
5.2.5 Penempatan
Ragam hias dengan motif ka\vung banyak dijumpai pada kayu
kayu melintang (pangeret) pada bangunan-bangunan tempat pertemuan
seperti : Bale Agung di Trusmi dan Langgar Alit di Keraton
Kasepuhan Cirebon.
Ragam hias "runcuk bung" banyak dipakai pada tiang-tiang (saka)
terutama pada bagian "umpak ukir" pada bangunan-bangunan tempat
tinggal milik keluarga bangsawan di Keraton Kasepuhan, Mesjid
Agung Kasepuhan. Mesjid Agung Panjunan dan Mesjid Agung
Trusm i.
Motif daun-daun keliangan banyak dipakai pada tiang-tiang
umpak dikeraton dan Mesjid Agung tersebut.
Motif kangkungan biasanya dipakai pada "banjen" (tepi keliling)
misalnya di tembok-tembok pintu gerbang di Keraton Kasepuhan
Cirebon.
Motif "patran simbar", sering dipakai di dinding-dinding kayu
berukiran (gebyog). Hampir pada tiap ukiran dengan berbagai pola
memakai bentuk-bentuk simbar.
Motif kombinasi tumbuh-tumbuhan dan binatang sering
digunakan pada lubang-lubang ang111 sebagai motif tembus yang
disebut motif kerawang.