Page 167 - Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat ( PDFDrive )
P. 167
152
Dalam upacara ini. harus disediakan nasi "tumpeng hayam tulak"
yang khusus dibuat untuk menolak bala dan harus dibagikan kepada
orang-orang yang had ir. Apabi Ia "tumpeng hayam tulak" tidak d ibuat.
sebagai gantinya hayam tulak itu harus dilepas hidup-hidup
(dikencarkeun), sampai ada orang lain yang memungutnya. Cara lain
ialah dengan menyediakan bah an "panyinglar". Panyinglar terdiri atas
jukut palias. daun ganas yang diculang-caling (dipulas bergaris-garis
dengan "apu" (kapur sirih) atau arang, sehingga bergaris-garis warna
hitam dan putih): cabe merah, dan bawang merah.
Bawang merah dan cabe merah berfungsi juga sebagai penolak
bala. Maksud daun ganas yang diculang-caling ialah untuk menakut
nakuti roh jahat (duruwiksa) agar tidak berani mendekat dan
mengganggu. Demikian pula dengan "jukut palias", yang berbentuk
jarum itu berfungsi sebagai alat untuk menakut-nakuti mahluk-mahluk
halus untuk tidak memasuki rumah.
6.3.9 Jalanya Upacara
Setelah semua undangan hadir dengan cara duduk bersila di
ruangan upacara. orang yang bertindak sebagai pemilik rumah
menyampaikan "ijab kobul". berisi penjelasan singkat tentang maksud
mengadakan upacara tersebut.
Setelah Ijab kobul disampaikan. dilanjutkan dengan pembacaan
doa oleh pemimpin upacara yang dilakukan oleh Kiai (Ajengan) yang
pada pokoknya berisi perm intaan kepada Yang Maha Kuasa agar
kepada yang menempati rumah itu selalu diberikan keselamatan dan
dijauhkan dari segala mara bahaya dan kesusahan kelak. Sementara
doa dibacakan, "kemenyanpun" dibakar oleh si pembaca doa atau oleh
orang lain yang duduk di sebelahnya.
Upacara ini diakhiri dengan pengucapan adzan, dengan maksud
agar keluarga yang menghuni rumah baru itu. merupakan keluarga
yang tenteram selalu Takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Setelah pembacaan adzan selesai, makanan yang dihidangkan
boleh dimakan dengan terlebih dahulu dibagikan kepada para
undangan. Bagi para tamu yang malu memakan makanan di ruang