Page 171 - Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat ( PDFDrive )
P. 171

156


                                percabangan  yang  ada  yang  memungkinkan  untuk  berdiam  sambil
                                berlindung.  Lambat  laun  dibuatkan  atap-atap  seperluriya  sampai
                                beralih-alih kemudian pada tingkat pembuatan bangunan dalam bentuk
                                saung,  yang kini masih sering ditemukan dihuma-huma (perladangan)
                                untuk  melindungi  diri  dari  terik  matahari  dan  air  hujan.  Bangunan
                                dengan pola "saung" ini pun temyata memiliki nama-nama  binatang,
                                seperti tagong anjing (jogo anjing) dan "badak heuay" (badak angob).
                                    Bentuk  atap  yang  paling  umum  di  Jawa  Barat,  ialah  bentuk
                                "jolopong"  atau  suhunan  panjang.  Bentuk  atap  ini  menunjukkan
                                kesederhanaannya  baik  dalam  bentuk,  gaya  maupun  tehnik
                                pembuatannya.  Karena kesederhanaanya itulah orang Sunda lebih suka
                                membuat  bangunan  dengan  gaya  tradisional  tersebut.  Mereka  yang
                                tergolong  ekonominya  lemah dan memiliki kemauan untuk membuat
                                rum.ah  (tanpa  memerlukan  keahlian)  dapat  mendirikan  bangunan  ini
                                dengan  mudah.  Jika  diurutkan,  urutan  perkembangan  bentuk
                                bangunan  ini  ialah  bentuk  saung,  bentuk  jolopong,  bentuk  atap
                                tambahan (Ieang-leang) dan bentuk jure (lilimasan).

                                    Dari gambaran tersebut di atas serta uraian-uraian terdahulu dapat
                                disimpulkan hal-hal  sebagai berikut :

                                I)   Bahwa  dalam  arsitektur  tradisional  usaha  pertama  ditujukan
                                    kepada tercapainya keselamatan dan keamanan dalam kehidupan.
                                    Untuk  hal  itu  bukan  saja  diusahakan  melalui  kegiatan-kegiatan
                                    yang  didukung  oleh  benda-benda,  namun  didukung  pula  oleh
                                    kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib di luar kemampuan
                                    manusia itu  sendiri.
                                2)   Bahwa  untuk  mencapai  keselamatan  dan  keamanan  itu,  usaha­
                                    usaha  manusia  juga  dibatasi  o!eh  prinsip  kesederhanaan.  Oleh
                                    karena itu dalam bentuk, bahan, upacara, ragam hias, tidak terlihat
                                    unsur  kemewahan  atau  yang  berlebih-lebihan.  Malah  dalam
                                    kenyataanya didasarkan kepada daya guna, kegunaan, dan tujuan.

                                    Bahwa dalam mencapai suatu tujuan, pada masyarakat daerah ini
                                3)
                                    prinsip  kebersamaan  tetap  menjadi wawasan  yang berperan.  lni
                                    terlihat baik dalam mengadakan bangunan tradisional itu, maupun
                                    dalam kesamaan dalam arti tidak terdapatnya perbedan-perbedaan.
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176