Page 24 - MatrixMagz_id coba online
P. 24

Cerpen karya Josephine Devina 9F-16
                 A                                                                bersemangat,  hari  ini  tampak lesu.  Aku  ingin  bertanya  apa






                                                                                  yang telah terjadi, tetapi aku hanya bisa menunggumu    ber-
                              ku  masih  ingat  ketika  pertama  kali  kau
                              mengajakku  untuk  tinggal  bersamamu.
                                                                                  berubah, tidak lagi periang seperti sebelumnya.
         Tatapanmu yang begitu hangat, senyummu yang tulus, dan                   cerita.  Sayangnya  penantianku  sia  -sia,  kau  perlahan  mulai
         suaramu yang lembut membuatku mengikutimu. Rumahmu                              Keesokkan  harinya  lagi-lagi  kau  pergi  dengan  wajah

         begitu nyaman membuatku  betah tinggal bersamamu. Kau                    yang  pucat.  Rasa  penasaran  membuat  aku  ingin  selalu
         menyebutku  teman  begitu  juga  aku  menganggapmu  se-
                                                                                  bersamamu.  Walau  rasanya  seperti  menguntit  tapi  aku
         bagai sahabat. Kau sangat      berarti bagiku karena telah
                                                                                  melakukannya  untuk  menjawab  rasa  penasaranku  yang
         menyelamatkan aku dari kejamnya kota metropolitan.
                                                                                  sudah tidak tertahankan,
                 Semenjak  tinggal  bersamamu,  aku  mempelajari
                                                                                         “Maafkan aku Lily"
         banyak  hal  baru.  Tentang  apa  yang

         kau  sebut  dengan  aturan  –  aturan,                                                              ucapku dalam hati sambil mengikuti
         teori, praktek, entah apa lagi, sangat                                                              jejakmu ke sekolah.

         rumit  bagiku.  Dunia  kita  sama  tapi                                                             Di  sekolah  banyak  orang  melihatku.

         kita  melihatnya  dalam  sudut  pan-                                                                Jiwaku  terasa        seperti  tertelan
         dang yang berbeda. Bagiku hidup itu                                                                 dengan  lirikan  mereka.  Aku  merasa

         sederhana, jalani, dan lakukan sebaik                                                               seperti barang antik yang pantas di-
         mungkin yang kita bisa tanpa     me-                                                                jadikan      tontonan       orang-orang.

         rugikan atau menyakiti  apapun.  Kau                                                                Dengan  hati-hati  aku  berjalan  me-
         memandang          kehidupan      dengan                                                            masuki lorong demi lorong. Tiba-tiba

         banyak pertimbangan, kebimbangan,                                                                   aku  mendengar  suara  gurau  yang
         dan keragu-raguan yang tidak masuk                                                                  menyebut namamu.

         akal.     Kadang       kau     mengeluh
                                                                                                             "Ha  ha  ha…  kasian  banget  si  Lily,
         kepadaku         tentang       banyaknya
                                                                                                             dikerjain Yuta aja mau".
         permasalahan  hidup.      Padahal
                                                                  Ilustrasi karya: Josephine Devina
         setahuku  kau  memiliki  kehidupan                                                                  Aku  yang  mendengar  suara  itu  dari
         yang        nyaman bersama ayah ibu yang menyayangimu,                   kejauhan berkata dalam hati

         juga aku tentunya.                                                              "pasti itu teman - temanmu".

                 Duduk di teras menikmati hangatnya sinar matahari                Aku mengikuti mereka dan ternyata     firasatku benar. Aku

         sambil  melihat  dirimu  bersiap  pergi  ke  sekolah  adalah         melihat mereka datang lalu duduk di mejamu sambil tertawa
         kebiasaanku.  Aku  selalu  mengantarmu  pergi  dan                       -tawa.  Kau  terlihat  hanya  menundukkan  kepala  di  meja,

         menunggumu  pulang  sekolah  di  sore  hari.  Kau  yang                  sesaat setelah mereka pergi meninggalkanmu.
         melihatku  dari  kejauhan  langsung  berlari  dan  menuju
                                                                                         Sore itu, tiba-tiba kau bertanya padaku,
         kearahku sambil berteriak
                                                                                         ” Benarkah aku tidak cantik?”.
                 “Hana, kau sudah menungguku yaa!!!”.
                                                                                         “Tentu  saja  kau  cantik.  Kau  memiliki  wajah  yang
                 Tanpa  sepatah  kata,  aku  menyambutmu  yang  baru              lengkap  tidak  kurang  satu  apapun,  dua  mata,  satu  hidung,

         pulang  sambil  tersenyum.    Sesampainya  di  rumah,  kau               dan satu mulut. Bukankah itu sempurna?”.
         selalu bercerita tentang pengalamanmu di sekolah, aku pun
                                                                                         Tanyamu lagi, “Apakah aku kurang kaya?”.
         selalu  bersemangat  mendengar  cerita  darimu.  Katamu
         malam  ini  akan  lembur  mengerjakan  tugas  sekolah.  Kita                    Jawabku,  “Tentu  saja  kau  tidak  kaya  karena  kau  me-
                                                                                  mang masih bersekolah dan belum bekerja!”.
         sepakat untuk bergadang. Di sela-sela mengerjakan tugas,
         kita  selalu  bermain,  menonton  film,  dan  makan  camilan                    Tanyamu  sekali  lagi,”  Apakah  aku  tidak  pantas

         bersama. Kita bahkan sering tertidur di meja belajar karena              mempunyai banyak teman karena aku tidak begitu pintar da-
                                                                                  lam pelajaran?”. “Banyak teman?”, aku balik bertanya.
         sudah tidak sanggup lagi untuk membuka mata.
                                                                                         “Bagiku  satu  sahabat sudah  cukup daripada  memiliki
         Pagi  ini  kau  terlambat  bangun,  dengan  sigap  kau  bersiap,
                                                                                  banyak  teman  hanya  pada  saat  mereka  membutuhkanmu
         berlari sambil menyambar bekal menuju halte bus.
                                                                                  dan  membuangmu  saat  kau  sudah  tidak  ada  gunanya  lagi
         “Untung tidak telat” kataku dalam hati setelah melihatmu                 untuk mereka!”
         pergi.
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29