Page 34 - Si Jaka Mangu
P. 34
“Ke mana gerangan kamu pergi, Jaka Mangu?” kata
Baginda di dalam hati. Baginda menghela napas perlahan.
Semakin keras kicauan burung itu terdengar semakin
mengingatkan Baginda pada burung kesayangannya, Jaka
Mangu. Ia teringat, setiap kali tangannya metheti Jaka
Mangu sambil bersiul, burung itu selalu berkicau riang
sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Ketika tangannya
mengusap-usap kepalanya dengan lembut, burung itu
mengambil posisi duduk dan tubuhnya merendah seakan
ingin terus menikmati usapan tangan Baginda. Ada perasaan
rindu Baginda bila mengingat saat-saat bersama dengan si
Jaka Mangu.
Tidak berapa lama, ingatan Baginda tiba-tiba dipecahkan
oleh suara burung di kejauhan. Samar-samar suara itu amat
dikenalnya. Baginda mencoba menajamkan pendengarannya
agar menjadi lebih jelas terdengar.
“Hurketekuk...kuk...kuk...kuk..kuk..hurketekuk...kuk...
kuk..kuk.” Ada secercah harapan. Baginda mendengar suara
burung perkutut yang selama ini dicarinya.
Baginda mencari arah suara itu. Burung itu ternyata
berada di dalam sangkar yang tergantung di halaman rumah
Ki Ageng Paker. Dengan bersiul perlahan, ia dekati burung
yang bertengger di dalam sangkar itu. Jari tangannya ke
22