Page 33 - Si Jaka Mangu
P. 33

itu masih banyak bintang buas. Berbekal ilmu kesaktian yang

                 dimiliki, selama dalam perjalanan, ia dapat melewati dan
                 mengatasi semua gangguan binatang buas.
                     Baginda telah memutuskan untuk tidak akan berhenti

                 mencari sebelum burung perkutut itu ditemukan. Di setiap
                 perjalanan, ia selalu menanyakan kepada orang-orang yang
                 ditemuinya, barangkali mereka tahu akan keberadaan burung

                 kesayangannya itu. Ia berjalan masuk hutan, keluar hutan
                 selama berhari-hari, menyusuri kaki gunung. Satu atau dua

                 desa terlewati. Sampai akhirnya tiba tak jauh dari pantai
                 laut selatan, sebuah desa yang sangat terpencil dan sunyi.
                 Desa itu bernama Desa Paker.

                     Pagi itu sangat cerah, langit terang benderang oleh
                 cahaya matahari yang belum menyengat. Baginda duduk

                 di bawah pohon melepas lelah. Angin berhembus perlahan,
                 menggoyangkan daun-daun dan ranting pepohonan. Kicau
                 burung gelatik dan cucak rawa mulai terdengar.

                     “Cuit-cuit-cuit..., cuit-cuit-cuit...,” burung-burung pipit
                 mencicit di atas dahan-dahan.
                     “Cit...cit...cit...,” tak ketinggalan burung prenjak

                 menimpali, sahut-menyahut suaranya dengan burung pipit.
                 Burung-burung itu seakan saling bercengkerama, melompat
                 ke sana ke mari, dari dahan satu ke dahan lain dengan

                 riangnya.





                                              21
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38