Page 28 - Si Jaka Mangu
P. 28
Pagi itu, langit mendung di Kerajaan Majapahit. Tampak
awan hitam menggelantung di mana-mana. Suasana itu
seolah sedang melukiskan kegundahan hati sang Baginda
yang memikirkan si Jaka Mangu, salah satu burung perkutut
kesayangan yang hilang tak tentu rimbanya.
Sebulan telah lewat. Telah beberapa kali Baginda
menugaskan para pengawal mencari si Jaka Mangu. Seluruh
wilayah Majapahit dan sekitarnya telah dikelilinginya,
tetapi burung perkutut itu tidak juga ditemukan. Kini, lebih
dari sebulan si Jaka Mangu meninggalkan sangkarnya,
meninggalkan sang Baginda yang selama ini merindukan
dan menyayanginya lebih dibandingkan dengan burung-
burung yang lain.
Siang itu, matahari merambat perlahan. Baginda duduk
terpekur di depan jendela kamarnya. Pikirannya selalu
terngiang-ngiang pada suara yang didengarnya pada tengah
malam itu. Ratu Dwarawati heran mengamati tingkah laku
suaminya yang beberapa hari ini kelihatan gelisah dan
banyak merenung. Didekatinya suaminya dengan perlahan.
“Kanda, ada apa sebenarnya?” tanya Permaisuri.
Baginda tak segera menjawab. Ia tampak mengerutkan
kening. Sejenak ditatapnya permaisurinya. Kepada
Permaisuri, akhirnya Baginda menceritakan apa yang telah
dialaminya tadi malam.
16