Page 130 - Pola Sugesti Erickson
P. 130

Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi




                   tersebut, secara teknis ia sudah mewujudkan perubahan besar tentang simptomnya, dari

                   semula benar-benar sakit berjam-jam menjadi hanya rasanya berjam-jam padahal itu
                   beberapa detik saja.

                       Ia sembuh total ketika berhasil diyakinkan bahwa kebutuhannya bisa dipenuhi
                   dengan cara lain yang lebih sehat dan konstruktif. Di sini diterapkan pendekatan

                   reframing. Dan time distortion menjadi landasan penting bagi penyembuhannya. Ketika
                   saya mengapresiasi keberhasilan ibu itu untuk mempersingkat waktu sakit kepalanya dari

                   berjam-jam menjadi hanya beberapa detik, ia memiliki dorongan kuat untuk

                   membuktikan lebih jauh lagi. Dua sesi kemudian ia benar-benar menyingkirkan sakit
                   kepala yang tinggal beberapa detik itu.



                   Apakah kita harus selalu mengetahui akar masalah untuk menangani
                   simptom?

                   Kebanyakan problem memiliki penyebab utama yang melandasi kemunculannya, yang

                   kita sebut sebagai akar masalah. Kita bisa membereskan simptom dengan menangani dan
                   menyingkirkan akar masalahnya. Mungkin akar masalah itu adalah sebuah kejadian di

                   masa kanak-kanak pasien, namun simptomnya berlanjut hingga sekarang. Ketika
                   penyebab itu tetap hadir dan menjadi isu utama hingga sekarang, maka penyebab itu

                   harus ditangani bersama-sama simptomnya.
                       Erickson melakukan itu juga dalam banyak pekerjaannya. Kita bisa membaca hal itu

                   dalam banyak tulisan awalnya. Namun, pada perkembangan terakhir penanganannya, ia

                   menunjukkan kecenderungan untuk seringkali mengabaikan akar masalah dan hanya
                   berfokus pada simptom pasien. Ia tidak ngotot harus tahu riwayat hidup pasiennya dan

                   kadang tidak mau tahu apa kejadian-kejadian yang melandasi simptom itu. Tetapi ia

                   memang perkecualian. Ia tak henti-henti dalam upayanya memahami perilaku manusia
                   dan terus mencari cara paling efektif dan nyaman bagi kliennya untuk menjalankan

                   penanganan.








                                                                                                      130
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135