Page 16 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 16
Sejalan dengan berkembangnya metode kritis, perkembangan nasionalisme
Indonesia yang berkembang sejak awal tahun 1920-an, membutuhan pula
sejarah yang dapat menunjukkan identitas dan simbol ke Indonesiaan. Semangat
inilah yang mendorong penulisan sejarah dengan pendekatan “Indonesia
sentries” menggantikan sudut pandang “Eropa sentries” atau “Belanda
sentries” yang berkembang waktu itu. Namun seperti dikemukakan oleh
Coolhaas bahwa harapan penulisan sejarah Indonesia akan sulit berkembang
mengingat orang-orang Indonesia masih sedikit yang terlibat secara aktif dalam
politik. Kenyataannya memang demikian, sampai meletusnya Perang Dunia II
karya-karya sejarah kolonial masih mendominasi, diantaranya karya FW Stapel
dkk, Geschiedenis van Nederlandsch-Indiё, yang mempunyai pengaruh besar
terhadap penulisan sejarah Indonesia kemudian, terutama buku-buku ajar
sejarah pada tingkat sekolah menengah.
Setelah proklamasi kemerdekaan literatur sejarah Indonesia mengalami
perkembangan. Semangat nasionalisme yang berkobar-kobar pada periode pasca
kolonial telah mendorong diterbitkannya buku-buku sejarah yang “Indonesia
Sentris”. Oleh karena itu pada periode pasca revolusi ini banyak diterbitkan
karya biografi tokoh-tokoh maupun pahlawan nasional seperti: Teuku Umar,
Imam Bonjol, Kapitan Pattimura, Sultan Nuku dan Pangeran Diponegoro. Obyek-
obyek penulisan seperti ini dianggap mampu menunjukkan identitas dan simbol
keindonesiaan. Demikian pula sejarah perlawanan terhadap penjajah, seperti
Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Padri, perlawanan politis lewat pergerakan
nasional dan sebagainya menempati posisi yang sama seperti biografi para
tokoh tadi.
Dalam dekade 1970-an, tepatnya tahun 1977 terbit buku Sejarah Nasional
Indonesia (SNI) yang terdiri dari 6 jilid yang diterbitkan oleh Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini merupakan karya bersama
sejarawan Indonesia waktu itu dalam upaya mewujudkan sejarah nasional.
Ada beberapa sejarawan yang ditunjuk menjadi editor dalam penulisan buku
ini seperti: Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto. Di satu pihak kehadiran buku SNI berhasil menjawab kebutuhan
akan adanya buku sejarah Indonesia yang “nasionalistis”, namun di pihak
lainnya telah mengundang polemik dan keprihatinan dari beberapa sejarawan
Sejarah Nasional Indonesia VI 12