Page 77 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 77

RANGKUMAN



                  Pada tanggal 16  Desember  1949  terjadi sidang  bersama Parlemen  dan
            Senat RIS yang menetapkan terpilihnya Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS yang

            pertama.  Keesokan  harinya  tanggal  17  Desember  1949  diadakan  upacara
            pelantikan  Presiden  Republik  Indonesia  Serikat  yang  pertama  di  Siti  Hinggil,
            Keraton  Yogyakarta.  Ir.  Soekarno  membentuk  kabinet  RIS  pada  tanggal  20
            Desember 1949 dengan menunjuk empat orang formatur yakni Moh. Hatta dan

            Sultan Hamengku Buwono IX dari RI, dan dua orang lainnya dari negara federal
            yaitu Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid II. Kabinet RIS dibawah pimpinan
            Moh. Hatta memerintah hingga tanggal 17 Agustus 1950. Artinya kabinet ini
            hanya berusia tidak sampai satu tahun. Anggota kabinet terdiri dari 13 orang

            menteri dan 3 menteri negara.
                  Kabinet RIS disebut  juga dengan  zaken  kabinet yaitu kabinet yang
            mengutamakan keahlian anggotanya bukan kabinet koalisi yang bersandar pada
            kekuatan partai. Pada masa Kabinet RIS juga ditetapkan pemakaian lambang

            negara Bhinneka Tunggal Ika yang ditetapkan pada tanggal 11 Februari 1950.
            Sebenarnya  lambang  ini  sudah  direncanakan  oleh  Panitia  Negera,  menurut
            bagian III pasal 3 UUD Sementara.
                  Perjuangan  kaum republiken untuk mewujudkan  terbentuknya sebuah

            negara kesatuan merupakan pekerjaan yang sulit. Jika dilihat kembali, pada saat
            itu masih berdiri sebuah negara yang secara resmi berbentuk negara federal
            lengkap dengan alat-alat kenegaraannya. Lalu tentara Belanda yang saat itu masih
            ada di Indonesia, lengkap dengan persenjataannya. Sehingga perjuangan untuk

            mengembalikan bentuk negara dari federal menjadi kesatuan harus dilakukan
            dengan cara yang benar agar tidak dianggap sebagai pemberontakan kepada
            pemerintah yang sah dan kaum republiken  harus juga  bersiap  menghadapi
            konflik dengan tentara Belanda.

                  Penggabungan daerah-daerah yang satu dengan yang lain  atau negara
            bagian yang satu negara bagian yang lain secara kontitusional dimungkinkan
            oleh pasal 43 dan 44. Kontitusi RIS dengan ketentutan bahwa penggabungan
            tersebut dikehendaki oleh rakyatnya dan diatur dengan Undang-undang Federal.


                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            73
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82