Page 90 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 90

Lalu  pembicara  itu  melanjutkan  pembicaraannya,  .Jadi  kesimpulannya  bisnis
                   makanan di sini sangat bagus. Seminar selesai.

                          Kemudian  sang  pembicara  masuk  keruangan,  dan  ada  seorang  mahasiswa
                   mengikutinya. “Pak” sapa sang mahasiswa .”Ya, bisa dibantu?”

                          “Tadi bapak katakan peluang bisnis makanan di sini sangat bagus, tapi kalau saya
                   lihatnya lain pak, saya melihat semua orang/mahasiswa perlu mencuci baju. Dan ini saya
                   lihat sebagai peluang yang luar biasa”.

                          “Bagus,  kalau  begitu  mulai  saja  bisnis  cuci  pakain”.  “Gimana  caranya  pak?”
                   “Sekarang  kamu  tulis  apa  saja  hal-hal  yang  baik  dan  menguntungkan  bagi  para
                   mahasiswa  sehubungan  dengan  bisnis  mencuci  pakaiannya.  Kalau  sudah,  kamu  buat

                   brosur”. “Tapi kan saya belum punya mesin cucinya pak”.
                   “Memangnya buat brosur harus punya mesin cuci?” kata sang mentor sambil becanda.
                   “Buat brosur dulu”.

                          Singkat cerita  brosur telah jadi, dan mahasiswa ini menghadap sang mentornya
                   “Ini pak brosur sudah jadi, terus bagaimana?”, “Ya dibagikan, disebar di tempat-tempat

                   yang banyak anak kost dan mahasiswanya”. “Tapi saya belum punya mesin cucinya pak”.
                   “Memangnya bagi brosur kamu perlu bawa-bawa mesin cuci?”
                          Sambil bingung sang mahasiswa menuruti nasehat sang mentor. “Tunggu dulu”.

                   “Kamu sekalian bawa tas besar ini, siapa tahu ada yang langsung mau mencuci”. “Pak!
                   Bapak ini gila ya, kan saya belum punya mesin cuci”. “Sudah nurut saja, kan belum tentu

                   ada yang nyuci”.
                          Akhirnya ia membagi-bagikan brosur. Dan benar saja, ada beberapa orang yang
                   langsung  ingin  mencuci,  sehingga  tas  yang  ia  bawa  penuh  dengan  pakaian  kotor  Ia

                   langsung menghadap sang mentor.
                          “Pak, anda harus bertanggung jawab!”. “Lihat cucian ini!”, sambil membanting
                   tas  berisi  pakaian  kotor.  Orang  akan  marah  dan  bisa  membunuh  saya  kalau  tidak

                   dicucikan pakaiannya ini, sedangkan bapak tahu saya belum punya mesin cuci. “Bapak
                   yang ngajarin gila, jadi bapak harus bertanggung jawab!”. “Tenang... Tenang”.
                          “Silahkan  minum  dulu”,  kata  sang  mentor.  “Ini  ada  telepon,  silahkan  kamu

                   hubungi  orang-orang  yang  punya  mesin  cuci,  dan  kamu  ajak  kerja  sama,  kamu  cuci
                   ditempat dia”.

                          Setelah menelpon beberapa orang akhirnya ia menemukan orang yang bisa diajak
                   kerja sama, akhirnya cuciannya bisa dicuci.
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95