Page 73 - Flipbook Bu Ernawati Kearifan Lokal Mandar
P. 73
Musik dimainkan, dengan riang warga bergembira penari
pa'dego mulai menari memainkan sendok kayu yang
digenggamnya sampai lampu padam.
Lampu kembali dinyalakan musik mengiringi Ka'useng dalam
kegelisahannya. Musik beralih mengiringi Ka’useng. Ka’useng
bimbang dan ragu, bingung memikirkan perempuan yang
dicintainya memilih laki-laki lain. Kecemburuan ka’useng
memuncak lalu memutuskan untuk membunuh si Kaco.
Ka'useng : “Dasar sial kurang apa aku ini kacau orang biasa
massa dapat memikat hati si Cicci saya harus
menyingkirkannya, Kaco harus dilenyapkan
dari muka bumi ini dalam saat-saat seperti ini
Kaco biasanya ada di kebunnya saya harus
kesana untuk menghabisinya”.
Dengan penuh semangat Kaco sedang bekerja di kebunnya
diiringi musik agak syahdu (seruling calung) dan tiba-tiba
Ka'useng datang.
Ka'useng: : “Hei Kaco! Sudah lama saya mencarimu maka
kita lihat siapa yang paling jantan dan berhak
memiliki si Cicci”.
Kaco : Ka'useng...! Apa maksudmu saya tidak mengerti
kalau ada masalah mari kita bicarakan secara
baik-baik!
Ka'useng : “Ah... , Jangan banyak bicara mari kita
bertarung”!
Ka'useng langsung menyerang dan terjadilah pertarungan
(diiringi musik pencak silat)
Ka'useng : “rasakan kau akan menemui ajalmu”!
Ka'useng menyerang si Kaco hingga meregang nyawa
66 | Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar