Page 74 - 04 Panggung Seumur Jagung
P. 74

Awal 1940-an sebelum masa pemerintahan
            militer Jepang, kehidupan sastra
            Indonesia yang menonjol adalah ‘sastra
            koran’. Sastra koran adalah karya
            sastra yang diterbitkan di koran.
            Bentuknya berupa cerpen,
            drama, dan puisi.


            Saat itu Jepang menguasai berbagai
            aspek kehidupan, termasuk seni dan
            sastra. Seluruh bentuk ekspresi seni
            dan sastra diawasi dan dimanfaatkan
            sebagai media propaganda.

            Karya sastra pada saat itu terbagi
            dalam dua kategori, yaitu sastra yang
            dipublikasikan dan yang tersimpan.
            Sastra yang dipublikasikan adalah karya
            sastra yang lulus sensor pemerintah                                                    63
            Jepang. Sedangkan sastra yang tersimpan
            ialah karya sastra yang dibuat pada zaman
            itu dan diterbitkan setelah masa merdeka.

            Karakteristik sastra Indonesia zaman
            Jepang, antara lain, mengandung unsur                                                   BUKU 4  |  Panggung Seumur Jagung
            propaganda. Novel propaganda yang
            terbit pada zaman itu adalah Palawija
            karya Karim Halim dan Cinta Tanah
            Air karangan Nur Sutan Iskandar.

            Karya sastra yang tidak memasukkan
            unsur propaganda umumnya meramu
            melalui simbolisme. Salah satunya melalui
            teknik pelarian dari realitas kehidupan.
            Misalnya, “Dengar Keluhan Pohon
            Mangga” dan “Tinjaulah Dunia Sana”
            karangan Maria Amin. Cerpen “Burung
            Balam”, “Turunan, Di Tepi Kawah”, dan
            “Di Balik Bukit” karya Bakri Siregar.
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79