Page 99 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 99
SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA 88
Ir. Soekarno Sedang Berpidato.
Sumber : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
menulis di surat kabar. di Bukittinggi. Pada saat Hatta berusia
“Nasionalisme, Islamisme, dan delapan bulan, ayahnya meninggal dunia.
Marxisme” adalah pemikiran Soekarno pada Setelah itu, ibunya menikah lagi dengan
1926, yang dimuat dalam Indonesia Moeda, seorang pedagang asal Palembang
majalah kelompok studi umum. Pada bernama Haji Ning.
1927 Soekarno kembali menyumbangkan Pada 1913 Hatta pindah ke Padang
pikirannya di surat kabar Bendera Islam dan oleh kakeknya dimasukkan ke sekolah
yang digagas oleh Tjokroaminoto. Tidak swasta Belanda yang salah satu mata
hanya itu, bersama Mr. Sartono, ia diminta ajarnya adalah bahasa Prancis. Pada
mengasuh rubrik “Ruang Pergerakan pertengahan 1916 Hatta lulus ujian masuk
Nasional”. Masih pada tahun yang sama, Hogere Burger School (HBS), sekolah
saat menjadi ketua Partai Nasional menengah Belanda dengan masa studi lima
Indonesia, Soekarno menerbitkan dua tahun. Namun, ibunya tidak mengizinkan
majalah, yaitu Soeloeh Indonesia Moeda Hatta untuk berangkat ke Batavia dengan
dan Persatoean Indonesia, dengan target dalih Hatta dianggap masih terlalu muda.
pembacanya adalah kalangan terpelajar Untuk mengisi waktu senggangnya, Hatta
yang menyadari arti penting pergerakan memutuskan untuk melamar pekerjaan
nasional. ke kantor pos. Meskipun diterima menjadi
asisten pos dengan gaji di atas rata-rata,
b. Mohammad Hatta karena ia mempunyai surat lulus untuk
Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, masuk HBS, ia tidak jadi mengambil
Sumatra Barat pada 12 Agustus 1902, pekerjaan itu karena ibunya menyuruh
dari pasangan Mohammad Djamil dan Siti untuk tetap menjadi siswa di MULO.
Saleha. Keluarga Mohammad Djamil adalah Pada Januari 1918, Hatta
ulama tarekat di Batu Hampar, sedangkan bergabung dengan Jong Sumatranen
Siti Saleha berasal dari keluarga pedagang Bond (Perkumpulan Pemuda Sumatra)