Page 104 - Perdana Menteri RI Final
P. 104
Muso, Amir dan Setiadjit sedang melakukan pemberontakan dan ia menolak itu kup, “tapi Revolusi yang chaos dan tidak jelas ujungnya. Gie maju dengan gas penuh tanpa rem berbeda
safari politik. Saat mendengar telah terbentuk kami mengkhawatirkan ditahan dan karena itu mengatakan bahwa: dengan episode-episode sebelumnya di mana
pemerintahan front nasional, Muso datang ke tamparan pertama dibagikan, bahkan seandainya ia penuh pertimbangan dan hati-hati dalam
“Persoalan ini hendaknya dilihat daripada
Madiun tanggal 19 September. Pemerintah ada kup, saat untuk melakukan aksi itu masih memutuskan kebijakan dan tindakan. Sepanjang
persoalan-persoalan ketegangan masyarakat
yang mendengar terbentuknya pemerintahan terlalu dini, karena tidak mungkin melakukan 20 tahun hidup berpolitik, 1928-1948, Amir
Indonesia (di Jawa) dalam revolusi nasionalnya.
front nasional di Madiun mengecam tindakan aksi jika belum ada kesatuan politik untuk itu”. membaktikan separuh hidupnya kepada politik,
Harapan-harapan yang tidak terpenuhi, dan
keras tersebut. Sukarno mengatakan bahwa Sementara itu, Gie memberikan pandangannya dan untuk itu, menurut Leclerc, “ia pun harus
tekanan-tekanan ekonomi membawa frustasi-
telah terbentuk pemerintahan Soviet di Madiun bahwa aksi Madiun merupakan “puncak dari menempuh sepanjang labirin, untuk menemukan
frustasi yang mendalam pada seluruh lapisan jalan keluar daripadanya, namun tidak jarang
dan Muso membalasnya dengan berapi-api roda-roda harapan yang tidak terpenuhi, tekanan
masyarakat. Di dalam keadaan seperti ini harus menemui jalan buntu”. Jacques Mallet
145
bahwa “Sukarno-Hatta seperti Chiang Kai Sek ekonomi, frustasi yang mendalam di masa
tendensi radikalisme dari segala pihak akan du Pan, seorang jurnalis di masa Revolusi
telah mengadu dombakan tentara revolusioner Revolusi yang akhirnya saling bersinggungan
bertambah, lebih lebih penyaluran politik dan Perancis, menulis “la révolution dévore ses enfants”
dan tentara reaksioner, Sukarno-Hatta adalah dan dari percikan-percikan api inilah semuanya
143
serupa dengan kaum imperialis Inggris-AS dan akan dibakar”. Kematian Amir adalah ekonomi tidak (atau kurang) diberikan waktu atau revolusi memakan anak kandungnya
Sukarno-Hatta adalah budak Jepang sehingga tragedi sebab sampai akhir hayatnya Amir si itu. Radikalisme ini seperti perlombaan mobil sendiri. Barangkali, inilah perumpamaan yang
141
banyak rakyat menderita karenanya”. Sukarno “kharismatis revolusioner” tetap dicap sebagai di lereng gunung yang makin lama makin dapat menggambarkan akhir riwayat tragis dari
menyempit. Pastilah suatu hari roda-roda yang seorang Amir Sjarifuddin.
mengecam tindakan PKI/FDR Madiun sebagai pemberontak walaupun ia punya jasa dalam
berputar ini akan saling bersinggungan dan
ancaman terhadap eksistensi negara Indonesia, ia membangun republik.
lalu menyeru “pilih Muso dengan PKI yang akan dari percikan-percikan api ini semuanya akan
membangkrutkan cita-cita Indonesia merdeka PENUTUP dibakar.” 144
atau Sukarno-Hatta yang insyallah dengan
Rakyat berjejalan di stasiun Yogyakarta, Perpisahan dwitunggal Sjahrir dan Amir,
bantuan Tuhan akan memimpin Republik
berkerumun menunggu karena ingin melihat kejatuhan kabinet Amir, dan kedatangan Muso
Indonesia merdeka dan tidak dijajah oleh negara
wajah Amir Sjarifuddin dari dekat. Di dalam merupakan episode-episode yang merubah
apapun juga”. Muso membalasnya dengan
kereta yang berjalan ke arah Yogyakarta, mantan orientasi dan sikap Amir Sjarifuddin lebih
pernyatan serupa ikut Sukarno-Hatta atau Muso!
Perdana Menteri Indonesia itu dengan tenang radikal. T.B. Simatupang seorang yang akrab
Sejarah membuktikan bahwa rakyat lebih membaca Romeo and Juliet, buku terakhirnya, baik dengan Sjahrir dan Amir menggambarkan
memilih Sukarno daripada Muso. Inilah yang karangan sastrawan besar Shakespeare. Amir hubungan antara Sjahrir dan Amir seperti
membuat Pemberontakan Madiun gagal karena lebih banyak diam ketika berusaha diwawancarai “motor dan kemudi”. Simatupang mengatakan:
ia tidak didukung rakyat. Serta menurut Poeze oleh seorang wartawan. Ketika melihat kumpulan “Bung Amir adalah motor dan bahwa Bung
bahwa “belum saatnya bagi PKI melibatkan rakyat yang menunggunya, Amir mungkin tahu Sjahrir adalah adalah kemudi dari bahtera
diri dalam aksi karena partai masih di tengah bahwa hari-harinya kemungkinan bisa berakhir Negara kita. Setelah perpisahan antara mereka
142
proses fusi yang berbelit-belit”. Muso tidak lama lagi. Revolusi dapat berputar dengan itu, maka tinggalah motor tanpa kemudi pada
akhirnya ditembak mati. Para pejabat teras PKI cepat tak menentu. Perubahan politik di masa satu pihak, dan kemudi tanpa motor pada
seperti Amir Sjarifuddin, Maruto Darusman, Revolusi sangat dinamis dan dapat berubah pihak lain. Gambaran ini tentu adalah sangat
Soeripno, Harjono, Oei Gee Hwat ditangkap arah dengan drastis, kawan bisa menjadi lawan berlebih-lebihan, akan tetapi barangkali tidak
dan kemudian dieksekusi. Dalam pengakuannya dan lawan bisa menjadi kawan. Soe Hok Gie sama sekali tanpa kebenaran”. Barangkali
terhadap harian Katolik Hidup Amir barangkali adalah sedikit sejarawan yang melihat pernyataan Simatupang ada benarnya, karena
Sjarifuddin membantah bahwa Madiun adalah Peristiwa Madiun dalam gambaran besar pasca kejatuhan kabinetnya, Amir melangkah
92 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 93

