Page 105 - Perdana Menteri RI Final
P. 105

Muso, Amir dan Setiadjit sedang melakukan   pemberontakan dan ia menolak itu kup, “tapi   Revolusi yang chaos dan tidak jelas ujungnya. Gie   maju  dengan  gas  penuh  tanpa  rem  berbeda
 safari  politik. Saat  mendengar  telah  terbentuk   kami mengkhawatirkan ditahan dan karena itu   mengatakan bahwa:  dengan episode-episode sebelumnya di mana

 pemerintahan front nasional, Muso datang ke   tamparan pertama dibagikan, bahkan seandainya   ia penuh pertimbangan dan hati-hati dalam
               “Persoalan ini hendaknya dilihat daripada
 Madiun  tanggal 19  September.  Pemerintah   ada kup, saat untuk melakukan aksi itu masih   memutuskan kebijakan dan tindakan. Sepanjang
               persoalan-persoalan ketegangan  masyarakat
 yang mendengar terbentuknya pemerintahan   terlalu dini, karena tidak mungkin melakukan   20 tahun hidup berpolitik, 1928-1948, Amir
               Indonesia (di Jawa) dalam revolusi nasionalnya.
 front  nasional  di Madiun  mengecam  tindakan   aksi jika belum ada kesatuan politik untuk itu”.   membaktikan separuh hidupnya kepada politik,
               Harapan-harapan yang tidak terpenuhi, dan
 keras tersebut. Sukarno mengatakan bahwa   Sementara itu, Gie memberikan pandangannya   dan untuk itu, menurut Leclerc, “ia pun harus
               tekanan-tekanan ekonomi membawa frustasi-
 telah terbentuk pemerintahan Soviet di Madiun   bahwa aksi Madiun merupakan “puncak dari   menempuh sepanjang labirin, untuk menemukan
               frustasi yang mendalam pada seluruh lapisan     jalan keluar daripadanya, namun tidak jarang
 dan  Muso  membalasnya  dengan  berapi-api   roda-roda harapan yang tidak terpenuhi, tekanan
               masyarakat. Di dalam keadaan seperti ini        harus menemui jalan buntu”.  Jacques Mallet
                                                                                          145
 bahwa “Sukarno-Hatta seperti Chiang Kai Sek   ekonomi, frustasi yang mendalam di masa
               tendensi radikalisme dari segala pihak akan     du Pan, seorang jurnalis di masa Revolusi
 telah mengadu dombakan tentara revolusioner   Revolusi yang akhirnya saling bersinggungan
               bertambah, lebih lebih penyaluran politik dan   Perancis, menulis “la révolution dévore ses enfants”
 dan tentara reaksioner, Sukarno-Hatta adalah   dan dari percikan-percikan api inilah semuanya
 143
 serupa dengan kaum imperialis Inggris-AS dan   akan dibakar”.  Kematian Amir adalah   ekonomi tidak (atau kurang) diberikan waktu   atau revolusi memakan anak kandungnya
 Sukarno-Hatta adalah budak Jepang sehingga   tragedi sebab sampai akhir hayatnya Amir si   itu. Radikalisme ini seperti perlombaan mobil   sendiri. Barangkali, inilah perumpamaan yang
 141
 banyak rakyat menderita karenanya”.  Sukarno   “kharismatis revolusioner” tetap dicap sebagai   di lereng gunung yang makin lama makin   dapat menggambarkan akhir riwayat tragis dari
               menyempit. Pastilah suatu hari roda-roda yang   seorang Amir Sjarifuddin.
 mengecam tindakan PKI/FDR Madiun sebagai   pemberontak walaupun ia punya jasa dalam
               berputar ini akan saling bersinggungan dan
 ancaman terhadap eksistensi negara Indonesia, ia   membangun republik.
 lalu menyeru “pilih Muso dengan PKI yang akan   dari percikan-percikan api ini semuanya akan
 membangkrutkan cita-cita  Indonesia  merdeka   PENUTUP  dibakar.”  144
 atau Sukarno-Hatta yang insyallah dengan
 Rakyat  berjejalan  di  stasiun  Yogyakarta,   Perpisahan dwitunggal Sjahrir dan Amir,
 bantuan Tuhan akan memimpin Republik
 berkerumun menunggu karena ingin melihat   kejatuhan kabinet Amir, dan kedatangan Muso
 Indonesia merdeka dan tidak dijajah oleh negara
 wajah Amir Sjarifuddin dari dekat. Di dalam   merupakan episode-episode yang merubah
 apapun juga”. Muso membalasnya dengan
 kereta yang berjalan ke arah Yogyakarta, mantan   orientasi dan sikap Amir Sjarifuddin lebih
 pernyatan serupa ikut Sukarno-Hatta atau Muso!
 Perdana Menteri Indonesia itu dengan tenang   radikal. T.B. Simatupang seorang yang akrab
 Sejarah membuktikan bahwa rakyat lebih   membaca  Romeo and Juliet, buku terakhirnya,   baik dengan Sjahrir dan Amir menggambarkan
 memilih Sukarno daripada Muso. Inilah yang   karangan sastrawan besar Shakespeare. Amir   hubungan  antara  Sjahrir dan Amir seperti
 membuat Pemberontakan Madiun gagal karena   lebih banyak diam ketika berusaha diwawancarai   “motor dan kemudi”. Simatupang mengatakan:
 ia tidak didukung rakyat. Serta menurut Poeze   oleh seorang wartawan. Ketika melihat kumpulan   “Bung Amir adalah motor dan bahwa Bung
 bahwa “belum saatnya bagi PKI melibatkan   rakyat yang menunggunya, Amir mungkin tahu   Sjahrir adalah adalah kemudi dari bahtera

 diri dalam aksi karena partai masih di tengah   bahwa hari-harinya kemungkinan bisa berakhir   Negara kita. Setelah perpisahan antara mereka
 142
 proses fusi yang berbelit-belit”.  Muso   tidak lama lagi. Revolusi dapat berputar dengan   itu, maka tinggalah motor tanpa kemudi pada
 akhirnya ditembak mati. Para pejabat teras PKI   cepat tak menentu. Perubahan politik di masa   satu  pihak, dan kemudi  tanpa motor pada
 seperti Amir Sjarifuddin, Maruto Darusman,   Revolusi  sangat dinamis dan  dapat berubah   pihak lain. Gambaran ini tentu adalah sangat
 Soeripno, Harjono, Oei Gee Hwat ditangkap   arah dengan drastis, kawan bisa menjadi lawan   berlebih-lebihan, akan tetapi barangkali tidak
 dan kemudian dieksekusi. Dalam pengakuannya   dan lawan bisa menjadi kawan. Soe Hok Gie   sama sekali tanpa kebenaran”. Barangkali
 terhadap  harian  Katolik  Hidup  Amir  barangkali adalah sedikit sejarawan yang melihat   pernyataan Simatupang ada benarnya, karena
 Sjarifuddin membantah bahwa Madiun adalah   Peristiwa Madiun dalam gambaran besar   pasca kejatuhan kabinetnya, Amir melangkah





 92  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959            PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  93
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110