Page 90 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 90
4. Keluarga yang bergelar Wan besar mas kawinnya 100 real dan jumlah lilin yang
yang dipasang sebanyak 7 buah.
5. Keluarga Datuk Kaya yang masih aktif besar mas kawinnya 120 real dan banyaknya
lilin yang dipasang di pelaminan sebanyak 7 lilin.
6. Keluarga dari pihak sebelah Encik mas kawinnya sebesar 110 ringgit, sedangkan
lilin yang dipasang di pelaminan sebanyak 7 buah.
7. Keturunan dari pihak raja-raja besar mas kawinnya 400 ringgit dengan banyaknya
lilin yang dipasang di pelaminan sebanyak 8 buah.
8. Dari keturunan sebelah Tuan Said/Syarifah, besar mas kawinnya 400 ringgit
dengan banyaknya lilin yang dipasang di pelaminan sebanyak 7 buah.
Permainan Tradisional
Satu permainan rakyat Natuna sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak
benda (WBTB) Indonesia, yakni Gasing Natuna. Pada masa lalu permainan ini
dipertandingkan bersamaan dengan pertandingan mendu. Sejak kapan permainan
gasing di Natuna dimainkan tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti. Namun,
pada waktu dahulu, permainan ini dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang atau
dimainkan ketika waktu senggang. Pada mulanya gasing dimainkan oleh anak-anak
yang disebut dengan gasing larik atau gasing tanah karena mereka memainkannya
di tanah dan gasing yang digunakan masih kasar, belum halus dan bagus. Pada masa
kini, permainan gasing di Kepulauan Natuna makin berkembang dengan adanya
gasing pangkak cermin yang dimainkan oleh para lelaki dewasa. Permainan rakyat
lain adalah layang-layang atau wau. Ada juga lomba jong/sampan layar, lomba
nyuluh, serta bekarang mencari udang dan ikan di laut.
Teknologi Tradisional
Di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, rumah besar dengan fungsi tempat
tinggal sekaligus tempat masyarakat bermusyawarah menjadi kekayaan besar tradisi
Natuna dengan ingatan kolektif yang berpaku di Air Mali, Sedanau, Pulau Laut, Subi,
dan tradisi Asyrakatul Ahmadiyah alias koperasi di Midai sejak era Sultanat Riau
Lingga dan Datuk Kaya.
Pada umumnya, rumah tradisional Melayu memegang satu peran utama, yaitu sebagai
tempat tinggal yang bisa dibagi dalam dua tipe. Pertama, bertipe bungalo, untuk satu
keluarga besar. Jamak dimiliki oleh keluarga-keluarga pembesar, bangsawan ataupun
penguasa suatu daerah. Kedua, selain itu, jika dilihat dan mengacu pada tradisi
rumah adat kaum Melayu tua, seperti Dayak di Kalimantan dan juga beberapa rumah
tradisional Melayu Riau, rumah panjang ini berfungsi layaknya sebuah apartemen
dengan arah pengembangan horizontal. Kedua tipe tempat tinggal ini dapat
ditemukan juga di rumah besar Natuna.
Mutiara di Ujung Utara 73