Page 69 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 69
Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Pendirian Kerajaan Islam di Nusantara
KERAJAAN SEBAGAI BASIS POLITIK
PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Samudra
Pasai
Aceh
Darussalam
Riau
Lingga
Ternate Tidore
Tanjung
Pura
Palembang
Banjarmasin
Gowa Tallo
Banten
Cirebon
Sejak masa-masa awal perkembangannya pada Demak
abad ke-13 dan 14 Masehi, Kerajaan Samudra Pasai
dan Malaka sebagai dua kerajaan Islam pertama Bima
di Nusantara telah memperlihatkan peran penting
dari kerajaan bagi berlangsungnya proses. Dalam
pengislaman di dunia Melayu menurut catatan dampak perkembangan ekonomi kerajaan dan pada
Tome Pires yang singgah di Malaka pada abad ke- saat yang sama juga berperan sebagai juru dakwah menghasilkan rempah-rempah. Aceh juga menaklukkan
16, diuraikan bahwa raja-raja Malaka membangun yang memperkenalkan ajaran-ajaran Islam kepada Tiku, Pariaman, dan Bengkulu yang terkenal dengan
berbagai fasilitas sosial keagamaan bagi para masyarakat Melayu. Jadi, dengan cara demikian raja- persediaan emas dan hasil pertaniannya. Semenanjung
pedagang muslim internasional yang datang dan raja Melayu selanjutnya tidak hanya berhasil membawa dua kerajaan Islam terdahulu, yaitu kerajaan Samudra Malaya, Kedah, Pahang dan Perlak juga berhasil
tinggal sementara di kerajaan seperti rumah-rumah kerajaan mencapai kemajuan sangat berarti di bidang Pasai dan Malaka, terutama berlangsung setelah dikuasai setelah mengalahkan hegemoni Kerajaan
mewah dan masjid-masjid untuk mereka beribadah. ekonomi dan politik, tetapi sekaligus tampil sebagai kedatangan para pedagang muslim internasional di Johor (Abdullah dan Djaenuderajat, 2015:196). Sejalan
Kebijakan ini membawa dampak sangat penting pusat perkembangan Islam di Nusantara (Abdullah dan Kerajaan Aceh. Para pedagang muslim internasional dengan kemajuan ekonomi, Aceh menjadi kekuatan
bagi proses pengislaman meskipun terlihat sangat Djaenuderajat, 2015: 194—195). mengalihkan kegiatan berdagangnya dan politik Islam terkemuka di dunia Melayu Nusantara sejak
bersifat politik dan ekonomi. Para pedagang muslim mendapatkan Aceh sebagai pusat perdagangan baru abad ke-16 sehingga dalam konteks perkembangan
di Malaka selanjutnya membentuk kekuatan sosial Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun yang lebih berkembang. Hal ini terutama didukung Islam, Aceh selanjutnya berkembang menjadi basis
yang berfungsi sebagai agen berlangsungnya 1511, basis pengislaman selanjutnya beralih ke oleh keberhasilan para raja Aceh dalam ekspansi kekuatan bagi berlangsungnya proses pengislaman
proses pengislaman masyarakat lokal. Mereka, Kerajaan Aceh, yang berdiri pada tahun 1514 di bawah ke wilayah yang potensial menghasilkan komoditas di Nusantara secara intensif. Pada masa Sultan
para pedagang, selain melakukan kegiatan kepemimpinan Ali Mughayat Syah yang berkuasa yang dibutuhkan para pedagang internasional Iskandar Muda (1607—1636) Islam mengalami proses
perdagangan di kerajaan-kerajaan yang membawa hingga tahun 1530 M. Kemajuan Aceh, seperti halnya seperti Pedir, Pasai, Deli, dan Aru yang banyak pelembagaan yang sangat jelas sebagai kekuatan
58 59

