Page 94 - BKSN 2021 (1)
P. 94

ban. Dari situlah muncul apa yang disebut sinagoga. Sistem peribadatan
            di sinagoga inilah yang justru bertahan sampai sekarang. Di sinagoga,
            mereka berkumpul dan memanjatkan doa serta puji-pujian. Yang men-
            jadi fokus dalam cara beribadah yang baru ini adalah membaca, mere-
            nungkan, dan merefleksikan sabda Allah. Tidak hanya itu saja, mereka
            juga mencari pesan dan penerapan dari teks sabda Allah tersebut dalam
            kehidupan mereka sehari-hari. Dengan begitu, teks Kitab Suci tetap re-
            levan sepanjang zaman. Sama halnya dengan pengalaman Gereja Kristen
            perdana. Setelah terusir dari sinagoga, mereka kemudian mengadakan
            ibadat bersama di rumah-rumah.
                    Intinya, pandemi menuntut sebuah cara baru dalam beribadah,
            sehingga relasi dengan Tuhan tidak terus berada dalam level suam-suam
            kuku. Selain berdoa secara pribadi, cara beribadah yang baru menjadi
            sarana yang tepat agar dapat mendengarkan Tuhan yang mengetuk pintu
            lewat sabda-Nya. Aktivitas yang semakin terbatas kiranya tidak menjadi
            penghalang untuk terus bergerak dan terbuka terhadap hal-hal yang baru,
            terutama dalam hal berkumpul dan beribadah. Hanya dengan demikian
            identitas kita sebagai orang kristiani, pengikut Kristus, dapat terus ber-
            tahan di tengah krisis karena pandemi ini.


                                           V
                                  Pertanyaan Refleksi

            1.  Apakah problem yang dihadapi oleh jemaat Laodikia juga di-
                alami oleh Gereja Katolik sekarang? Tunjukkanlah secara konkret!
                Bagaimana problem itu harus diatasi dengan tepat dan benar?
            2.  Dalam pengalaman hidupku, apakah nafsu serakah akan harta dan
                kekayaan dapat mengikis iman dan kepercayaan terhadap Tuhan?
                Sebaliknya, sejauh mana harta dan kekayaan dapat berfungsi secara
                positif untuk mengembangkan hidup menggereja?
            3.  Apakah dalam masa krisis karena pandemi Covid ini, aku meng-
                alami kemunduran dalam hidup rohani, sehingga terjangkiti virus
                “suam-suam kuku”? Bagaimana cara mengatasinya, sehingga virus
                itu tidak semakin menyebar dan melumpuhkan hidup rohaniku?
            4.  Apakah masih ada alternatif baru untuk mengembangkan cara
                beribadah? Apakah perayaan Ekaristi secara online atau streaming
                dirasa sudah cukup?



            92    Gagasan Pendukung
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99