Page 90 - BKSN 2021 (1)
P. 90
“Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk” merupakan undangan penuh
cinta dari Yesus. Undangan ini menarik, sebab tampak di sini bahwa bu-
kan jemaat yang pertama-tama berinisiatif mendatangi Yesus, tetapi se-
baliknya, Yesus sendiri yang mendatangi jemaat-Nya. Sementara jemaat
tidak melihat persoalan dan kesalahan yang telah mereka lakukan, Yesus
justru mampu melihat berbagai persoalan tersebut. Ia ingin membantu
mereka untuk keluar dari semuanya itu. Ia ingin memperbaiki mereka.
Ia hendak membantu jemaat-Nya dalam menjalani pertobatan mereka.
Di satu pihak, tindakan Yesus “mengetuk” ini mengungkapkan
kesabaran-Nya untuk terus-menerus mengajak jemaat membuka hati
akan kehadiran-Nya. Di lain pihak, Ia juga menawarkan rahmat kepada
jemaat yang mengundang-Nya masuk ke dalam hati mereka. Jadi, inisiatif
Yesus “mengetuk” hati jemaat tidak akan mungkin berhasil guna sean-
dainya jemaat sendiri tidak memiliki keterbukaan hati untuk menerima-
Nya. Tindakan Yesus itu adalah sebuah tawaran akan rahmat, anugerah,
dan keselamatan yang berasal dari-Nya. Tindakan jemaat untuk membu-
ka pintu adalah tanggapan manusia atas tawaran tersebut. Sebagai sang
Penyelamat, Yesus mengajak agar orang kristiani terus-menerus tinggal
dalam diri-Nya, berjalan dalam Roh-Nya, dan hidup dalam sabda-Nya
(bdk. Yoh. 15:1-7; 1Yoh. 1:7-10; Ef. 4:20-24; 5:14-18; Rm. 8:1-16).
Apa yang diperoleh mereka yang mendengarkan suara Yesus dan
membuka diri terhadap kehadiran-Nya (atau “membukakan pintu”)?
Perikop ini mengatakan bahwa Yesus akan masuk mendapatkannya dan
makan bersama-sama dengan dia. Ajakan Yesus untuk makan bersama
di sini tentunya harus dimengerti dalam arti simbolis. Perjamuan makan
adalah tanda kedekatan (intimasi), di mana tuan rumah dan para tamu-
nya dapat mengungkapkan relasi persaudaraan atau persahabatan dengan
penuh keakraban dan tanpa basa-basi. Kata Yunani yang diterjemahkan
dengan “makan” adalah deipneso. Kata ini mengacu pada makan besar
atau pesta perjamuan. Membayangkan sebuah pesta, perjamuan ini ten-
tunya melibatkan banyak orang yang datang dengan sukacita dan ke-
gembiraan. Selain itu, perjamuan ini menjadi kesempatan bagi mereka
untuk berbagi keramahtamahan dan mempererat persahabatan. Dalam
perikop ini, Yesus memosisikan sebagai tuan rumah. Dia sendirilah yang
menyiapkan meja perjamuan; jemaat yang terbuka pada diri-Nya adalah
para tamu-Nya. Berkenaan dengan ini, para ahli Kitab Suci berpendapat
bahwa pesta perjamuan adalah simbol bahwa zaman atau dunia mesianik
telah datang, di mana Kristus atau Mesias menjadi pusat kehidupan.
88 Gagasan Pendukung