Page 99 - UKBM-B. Indonesia-smt 3-dikonversi_Neat
P. 99

BIN – 3.8/ 4.8/ 3 / 1.1







                         Lelaki itu menyeringai. Kalian lihat? Satu tarikan napas. Tanpa jeda. Tanpa jawaban.
                        Siapa dia?

                               Mia,  aktris  muda  internasional.  Terjerat  perdagangan  obat  terlarang.
                        Bahkan,  ada  video menayangkan serah terima  dengan para bandar. Tapi, haa…ini
                        Indonesia! Mudah memanipulasi. Bagaimana? Kuputar otak sekali-dua kali. Selesai!


                        Sekali lagi, bunyi denting terdengar. Tanpa menoleh, mesin itu berbicara.

                         “Mr Randy, proyek pembangunan satu unit rumah di kota D sudah selesai. Sesuai
                        pilihan Anda. Hari ini kami kerjakan.”

                         “Mr Randy, ada  tawaran dari beberapa pihak untuk kerja sama. Tidaklah sedikit.
                        Seusai pesan ini, saya kirim datanya. Terima kasih.”

                               Alat  itu  berdenting  lagi,  sembari  mengeluarkan  beberapa  lembar  kertas
                        bercap  simbol  CV-nya.  Satu-dua  kali  alat  itu  berdenting.  Dengan  suara  berbeda.
                        Macam laporan berbeda pula. Tetapi, berbuah senyum lebar nan bangga. Bagaimana
                        tidak, apalah arti kesibukan dengan satu kali putar kepala, berbuah jutaan nikmat?

                        “Mr Randy, kontak dari Hongkong…”,


                         “Pak Randy, laba yang didapat dari…”, “Mr. Randy….”, “Pak Randy….”, “Kota Provinsi
                        E siap menerima…”, “Tilang minyak di Pulau F menyetu…”


                         Alat itu masih berdenting. Ia menyimak. Senyum bangga.

                        Yah, kau begitu hebat, Randy…desisnya.

                         Tanpa disadari kopi panasnya tumpah tersenggol belasan kertas. Dan ia terbangun.


                         “JOKO…!!!!!! tangi le! Wis awan! Ijik turu! Saban sore koyo ngene cah gerang??!!! Ayo,
                        pakani pithikmu dhisik! Ra pakani, ra enthuk madang, ndang!!!!”


                               Lelaki  muda  berstelan  kaos  oblong  bercelana  pendek  lusuh  selutut
                        terbangun  dari  mimpinya.  Bangun  terduduk,  seakan  kilatan  petir  baru  saja
                        menyambar di telinganya. Apa gerangan? Tubuhnya basah tersiram air ember yang
                        dibawa seorang wanita paruh baya yang tak lain ibunya sendiri.

                        “Le..le…wis awan, nglilir bae kerjaane, opo sing mbok impike ha?? Rewang wae rung
                        pener…..Ndang, ewangi bapakmu…!!!”


                               Lelaki  itu  mengerjapkan  mata  sekali  dua  kali,  mengacak  rambutnya,
                        memukul  kedua  pipinya.  Di  mana  tadi?  Mana  baju  kebanggaanku?  Di  mana
                        singgasana putarku? Mana Na omiku? Mana data presentase yang menggiurkan itu?
                        Mana gedung bertingkat itu? Di mana?

                         Sesaat masuk seorang lelaki tua berpeluh keringat. Bapak.




                                                              99
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104