Page 37 - E- MODUL BIOLOGI BERBASIS SOCIO SCIENTIFIK ISSUE KELAS XI
P. 37
dari segi bisnis oleh, salah satunya, Philip Morris dengan mengakuisisi HM
Sampoerna, tentu saja pendapatan bisnis rokok yang menggiurkan menjadi kendala
tersendiri bagi Kementerian Kesehatan. Data Kemenkes menyebutkan sejak 2014
sampai September 2015, ada ribuan kasus penyakit kronis akibat rokok yang
membuat negara harus mengeluarkan biaya.
Pada 2014 terdapat 4.891 kasus penyakit jantung yang memakan biaya Rp8.189
miliar, dan berkurang menjadi 3.955 kasus pada 2015 dengan menghabiskan biaya
sebesar Rp5.463 miliar. Untuk penyakit gagal ginjal akibat rokok terdapat 1.406 kasus
dengan menghabiskan Rp2.257 miliar, dan tahun 2015 sebanyak 1.211 kasus dengan
biaya Rp1.665 miliar. Sementara penyakit kanker akibat rokok terdapat 936 kasus
pada 2014 dengan biaya Rp2.211 miliar, dan 757 kasus pada 2015 dengan biaya
Rp1.413 milliar.
Adapun masyarakat yang mengalami stroke akibat rokok pada 2014 berjumlah
550 orang dengan biaya Rp1.051 miliar, dan pada 2015 sebanyak 468 kasus dengan
biaya Rp687 miliar. Selain keempat penyakit dengan jumlah kasus tertinggi tersebut,
terdapat juga penyakit talasemia atau kelainan darah dengan jumlah kasus 80 pada
2014 yang menghabiskan dana Rp282 miliar, dan 57 kasus pada 2015 dengan biaya
Rp217 miliar. Ada pula 98 kasus penyakit cirrhosis hepatis pada 2014 yang menguras
dana Rp262 miliar, dan 73 kasus pada 2015 dengan biaya Rp162 miliar.
Belum lagi penyakit hemofilia dengan jumlah 18 kasus pada 2014 yang
memakan biaya Rp66 miliar, dan 14 kasus pada 2015 dengan biaya Rp52 miliar.
Rokok umumnya menelan korban masyarakat kelas bawah. "Korban rokok adalah
rakyat miskin, sopir, petani yang buta huruf. Yang untung? Pabrik, industri, dan
pengusaha rokok,” ujar tokoh masyarakat Ahmad Syafii Maarif.
“Kalau iba dengan bangsa ini, kita harus bergerak cepat, membuat gelombang
besar melawannya. Untuk siapa? Untuk pemuda dan anak cucu kita. Kalau tidak,
'wasalam' negara kita," kata mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah
itu.
Selain Syafii, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin juga mengatakan rokok
merupakan sumber penyumbang terbesar kedua bagi kemiskinan masyarakat.
"Kalau uang rokok dibelikan beras, maka kalori naik jadi 2.100 kalori per kapita per
Sistem Respirasi | 25