Page 6 - BUKU-KONTRUKSI-BAB-II
P. 6
Gambar 2-4: Tegangan longitudinal (tegangan arah x) pada tengah bentang dari
berbagai balok dengan rasio bentang dan tinggi balok l/d =4,2,1 dan <1, akibat
beban merata (sumber : Leonhardt dan Mönnig, 1975).
Selanjutnya akan dilihat bagaimana distribusi tegangan pada tengah
bentang dari suatu balok dengan rasio bentang/tinggi yang berbeda-beda
yang mengalami lentur murni akibat beban merata pada seluruh bentang,
seperti ditunjukkan oleh Leonhardt dan Mönnig [15] pada gambar 2-4.
Tegangan elastis pada tengah bentang balok arah x (longitudinal) yang
terjadi, pada balok l/d = 4 distribusinya masih bersifat linier, sedangkan
pada balok l/d=2 mulai bersifat non linier.
Pada balok dengan l/d sama dengan 1 ataupun <1, penyimpangan
distribusi tegangan elastisnya dari sifat linier makin nyata. Demikian juga
gaya C (Compression) dan T (Tension) sebagai resultant dari tegangan
longitudinal tekan dan tarik pada penampang ditengah bentang,
mempunyai besaran dan jarak lengan momen yang berbeda dengan gaya
C dan T yang terjadi pada daerah, di mana distribusi tegangannya linier.
Pasal 10.2.2 SNI 2847-2013, menkategorikan balok-balok dengan l/d < 2
sebagai balok tinggi, dan perancangan beton struktural pada kondisi ini
TIDAK lagi menggunakan standar penulangan yang ada, dan kita boleh
menggunakan strut- and-tie model.
14
14 BAB II - Pembagian Daerah B dan D Pada Struktur