Page 188 - SEJARAH WAJIB KELAS X_Neat
P. 188
Cina, Lequeos, Bruei, Lucus, Tanjung Pura,
Lawe, Bangka, Lingga, Maluku, Banda, Bima,
Timor, Madura, Jawa, Sunda, Palembang, Jambi,
Tongkal, Indragiri, Kapatra, Minangkabau, Siak,
Arqua, Aru, Tamjano, Pase, Pedir, dan Maladiva.
Berdasarkan kehadiran sejumlah
pedagang dari berbagai negeri dan bangsa di
Samudra Pasai, Malaka, dan bandar-bandar
di pesisir utara Jawa sebagaimana diceritakan
Tome Pires, kita dapat mengambil kesimpulan
adanya jalur-jalur pelayaran dan jaringan Sumber : Ensiklopedi Jakarta Jilid I. 2005.
perdagangan antara beberapa kesultanan di Gambar 3.9 Pedagang Arab dari
Kepulauan Indonesia baik yang bersifat regional Hadramaud
maupun internasional.
Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Nusantara
dengan Arab meningkat menjadi hubungan langsung dan dalam
intensitas tinggi. Dengan demikian aktivitas perdagangan dan
pelayaran di Samudra Hindia semakin ramai. Peningkatan pelayaran
tersebut berkaitan erat dengan makin majunya perdagangan di
masa jaya pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258). Dengan
ditetapkannya Baghdad menjadi pusat pemerintahan menggantikan
Damaskus (Syam), aktivitas pelayaran dan perdagangan di Teluk
Persia menjadi lebih ramai. Pedagang Arab yang selama ini hanya
berlayar sampai India, sejak abad ke-8 mulai masuk ke Kepulauan
Indonesia dalam rangka perjalanan ke Cina. Meskipun hanya transit,
tetapi hubungan Arab dengan kerajaan-kerajaan di Kepulauan
Indonesia terjalin secara langsung. Hubungan ini menjadi semakin
ramai manakala pedagang Arab dilarang masuk ke Cina dan
koloni mereka dihancurkan oleh Huang Chou, menyusul suatu
pemberontakan yang terjadi pada 879 H. Orang–orang Islam
melarikan diri dari Pelabuhan Kanton dan meminta perlindungan
Raja Kedah dan Palembang.
Sejarah Indonesia 179