Page 189 - SEJARAH WAJIB KELAS X_Neat
P. 189

Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511, dan usaha
                               Portugis selanjutnya untuk menguasai lalu lintas di selat tersebut,
                               mendorong para pedagang untuk mengambil jalur alternatif, dengan
                               melintasi Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda.
                               Pergeseran ini melahirkan pelabuhan perantara yang baru, seperti
                               Aceh, Patani, Pahang, Johor, Banten, Makassar dan lain sebagainya.
                               Saat itu, pelayaran di Selat Malaka sering  diganggu  oleh  bajak
                               laut. Perompakan laut sering terjadi pada jalur-jalur perdagangan
                               yang ramai, tetapi kurang mendapat pengawasan oleh penguasa
                               setempat. Perompakan itu sesungguhnya merupakan bentuk kuno
                               kegiatan dagang. Kegiatan tersebut dilakukan karena merosotnya
                               keadaan politik dan mengganggu kewenangan pemerintahan yang
                               berdaulat penuh atau kedaulatannya di bawah penguasa kolonial.
                               Akibat dari aktivitas bajak laut, rute pelayaran perdagangan yang
                               semula melalui Asia Barat ke Jawa lalu berubah melalui pesisir
                               Sumatra dan Sunda. Dari pelabuhan ini pula para pedagang singgah
                               di Pelabuhan Barus, Pariaman, dan Tiku.


                                    Perdagangan pada wilayah timur Kepulauan Indonesia lebih
                               terkonsentrasi pada perdagangan cengkih dan pala. Dari Ternate
                               dan Tidore (Maluku) dibawa barang komoditas ke Somba Opu, ibu
                               kota Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Somba Opu pada abad
                               ke-16 telah menjalin hubungan perdagangan dengan Patani, Johor,
                               Banjar, Blambangan, dan Maluku. Adapun Hitu (Ambon) menjadi



















                               Sumber :Bambang Budi Utomo. 2011. Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam. Jakarta:
                               Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
                               Gambar 3.10. Situasi Bandar Makassar


             180 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194