Page 121 - FullBook Keperawatan Komunitas
P. 121
104 Keperawatan Komunitas
memulihkan diri dan mempertahankan supaya tidak kembali pada kondisi
sakit atau kambuh, sehingga diperlukan upaya-upaya rehabilitatif.
Terapi komplementer dan alternatif mampu mengakomodasi keempat upaya
kesehatan tersebut, serta memiliki lingkup yang luas baik dengan media
eksternal seperti tumbuh-tumbuhan yang mudah dijangkau bahkan diri sendiri
pun dapat menjadi medianya. Beberapa terapi dapat dipelajari baik secara
otodidak maupun melalui pelatihan tersertifikasi. Terapi komplementer dan
alternatif menjadi tren pengobatan pada masa sekarang ini karena secara
empiris telah dirasakan dan ditemukan efektif berdampingan dengan terapi
konvensional.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi V, mendefinisikan terapi
sebagai usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, atau
pengobatan penyakit, atau perawatan penyakit (Kemdikbud, 2020a).
Sedangkan, komplementer didefinisikan sebagai bersifat saling mengisi atau
melengkapi (Kemdikbud, 2020b). Dan, alternatif sebagai pilihan antara dua
atau beberapa kemungkinan (Kemdikbud, 2020c). Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa terapi komplementer dan alternatif adalah upaya
pengobatan atau perawatan yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan
sebagai terapi yang melengkapi atau dapat menjadi pilihan lain selain terapi
konvensional.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PMK RI) nomor
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pada pasal 1
(Kementerian Kesehatan RI, 2007) menyatakan pengertian dari pengobatan
komplementer dan alternatif sebagai berikut:
“Pengobatan Komplementer-Alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi yang berlandaskan
ilmu pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran
konvensional.” Berdasarkan peraturan tersebut, ternyata pengobatan
atau terapi komplementer dan alternatif tidak hanya diberikan untuk
mengobati penyakit saja, namun juga untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada individu sehat (promotif), mencegah risiko terjadinya
penyakit pada individu yang memiliki faktor risiko (preventif), dan