Page 53 - PANJUL DAN SAMIN
P. 53
“Ayo kita tunggu di sudut kebun sana!!” ajak
Panjul.
”Iya Njul, kita duduk di bawah pohon jati itu.”
Mereka berdua segera beranjak dari tempat
jebakan burung yang telah selesai dibuatnya, menuju
sudut pohon yang di sebelahnya ada tanaman pohon
jati.
Sambil menunggu jebakan burung kutilang dari
kejauhan, Panjul dan Samin bermain macan-macanan.
Permainan macan-macanan adalah permainan yang
sering dimainkan oleh anak-anak di desa Panjul.
Permainan ini tidak banyak membutuhkan peralatan,
karena hanya bisa dimainkan oleh dua orang. Kedua
bocah itu cukup membuat gaaris-garis di tanah, dan di
antara garis-garis tersebut diberi kerikil-kerikil kecil dan
kerikil atau batu yang agak besar. Kerikil kecil itu sebagai
manusianya, sedangkan kerikil yang agak besar itu
diibaratkan sebagai macannya.
Sambil bermain macan-macanan itu sesekali
pandangan mata kedua anak itu melihat jebakan burung
apakah sudah didekati burung atau belum.
Terdengar suara burung kutilang berkicau di
pucuk pohon trembesi. Sekelompok burung kutilang
sedang memperhatiakan buah pepaya yang ada di
jebakan. Seketika itu beberapa ekor burung kutilang
melayang turun ke tanah mendekati jebakan. Pandangan
42