Page 13 - P5P2RA KELAS 7H
P. 13
Khusus untuk Baju Takwo Kustim, kain yang digunakan dalam Baju Takwo ini
merupakan kain beludru warna hitam yang dilapisi oleh ukiran seperti bordir berwarna
emas yang menambah kemewahan dalam pakaian tersebut. Ukiran yang terdapat dalam
kain tersebut disebut dengan buluh yang berarti ukiran emas seperti bulu pada sayap burung
yang diukir di tengah jelapah. Kancingnya pun juga berwarna emas. Bagian bawah dalam
pakaian laki-laki, mereka mengenakan motif batik Jawa karena mereka merupakan
pendatang pertama yang sangat berpengaruh dalam masanya. Aksesoris- aksesoris yang
terdapat dalam baju adat ini berupa jubah atau pin bagi seorang yang merupakan keturunan
kerajaan langsung maupun keluarga bangsawan.
Fakta menarik dari Baju Takwo ini adalah pada perayaan HUT Balikpapan ke 121, Baju
Takwo menampilkan busana khas ini yang akhirnya resmi menjadi baju khas Balikpapan.
Pakaian ini akan digunakan dalam acara- acara resmi. Ketika Baju Takwo ini tampil di hari
spesial tersebut, Ketua Umum Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan, Arita Rizal Effendi
mengutarakan dibuatnya Takwo ini memang merupakan adopsi dari baju adat Kutai yang
mengingatkan bahwa Kutai merupakan bagian penting dari sejarah Balikpapan.
Baju takwo :
D. TRADISI BALIKPAPAN
1. Memakai Sapei Sapaq.
Sapei sapaq merupakan pakaian adat laki-laki asal Kalimantan. Bentuknya berupa
celana sepanjang lutut yang disebut “abet koboq”. Ini dipadukan dengan atasan rompi
(tanpa lengan) berwarna dasar hitam. Kemudian, di bagian kepala terdapat hiasan khas
Kalimantan, sementara di pinggang terselip Mandau, senjata ala Borneo.
2. Mengenakan Kustin.
Kustin adalah pakaian adat khusus untuk kalangan menengah ke atas. Dulu, kostum ini
digunakan untuk menghadiri acara pernikahan atau tradisi kerajaan. Biasanya, pakaian
tersebut terdiri dari atasan berlengan panjang, kerah tinggi, serta berbahan beledu.
3. Upacara Erau.
Semula, upacara Erau menjadi tradisi Kerajaan Kutai Kertanegara. Namun, pada 1971,
aktivitas tersebut diselenggarakan dalam rangka pelestarian budaya. Biasanya dilaksanakan
setiap September dengan berbagai kegiatan, semisal, menidurkan ayu, menjamu benua,
beluluh, bekanjar, dan begajuh.
4. Bebuang - Tradisi Suku Bugis.
Tradisi ini mirip dengan larung saji yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Hanya
saja, menunya lebih sederhana, semisal ketan kuning, ketan hitam, ketan putih, pisang,
telur, serta sebuah buaya putih berbahan tepung. Pun tersedia satu ekor ayam putih yang
dilarungkan bersama sesajen lain ke laut atau sungai.