Page 145 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 145

Rekomendasi                                                                                      Rekomendasi




 8.1.  TEORI PERUBAHAN (THEORY OF   dari strategi pencegahan Active Defense-nya. Maka sudah menjadi kepentingan bagi rakyat

 CHANGE)    Indonesia apabila BNN mampu mengambil kepemimpinan di ASEAN, pula secara informal
            dan kultural, dalam menghadang, jika bukan memberantas, peredaran gelap narkotika di
            Asia Tenggara.
 Sebelum  memaparkan  rekomendasi-rekomendasi,  perlu  disampaikan  bahwa   Strategi besar yang kami usulkan untuk ini adalah melalui konsep ‘kepemimpinan

 semangat penelitian  ini  adalah  untuk  mengawal  kebijakan  narkotika  yang  memiliki   dengan ide’ (leadership with ideas), dan lebih khususnya dengan apa yang dalam lingkungan
 landasan  pembuktian  ilmiah  dan  topangan  saintifik  terkini,  atau  yang  kerap  disebut   akademik juga dikenal  dengan  pembangunan rezim  (regime-building).  Diplomasi yang

 sebagai kebijakan berbasis pembuktian (evidence-based policy, EBP). Salah satu prasyarat   perlu dilakukan Indonesia adalah diplomasi yang berorientasi pada pengembangan norma
 dari suatu kebijakan yang berlandaskan prinsip EBP adalah dengan mengemukakan apa   dan konsensus bersama, atau yang disebut ‘rezim’—dan bukan aturan baku mengikat,
 yang disebut teori perubahan (theory of change). Sebuah teori perubahan pada dasarnya   maupun perjanjian formal yang punya  kekuatan menghukum  (dalam artian memberi

 adalah suatu: “planned route to outcomes: it describes the logic, principles and assumptions   sanksi diplomatik). Sekali lagi konteks ASEAN Way dan nilai-nilai Asia perlu menjadi suluh
 that connect what an intervention, service or programme does, and why and how it does it, with   diplomatik  Indonesia.  Kepemimpinan  dengan  ide  ini  menjawab  kebutuhan  Indonesia
 its intended results.” 177  Teori perubahan merupakan gagasan yang melandasi mengapa   untuk mengorkestrasikan kerjasama di tingkat regional, sembari secara lincah menjawab

 suatu  kebijakan/rekomendasi  dilakukan/diusulkan,  sekaligus  argumen  mengapa   tantangan diplomasi BRI dari Tiongkok dan juga tanpa mengkompromikan keselarasan
 intervensi kebijakan demikian akan dapat menuai hasil positif.  Berikut ini beberapa teori   multilateral—seberapapun formalitasnya itu—di forum ASEAN.  Di atas semua itu, strategi
 perubahan yang kami rumuskan dengan  memetik pelajaran dari analisis dan temuan   ini amat relevan dalam kaitannya dengan prinsip Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia:

 dari penelitian, dan pada gilirannya kami pakai sebagai landasan dalam mengembangkan   bebas dalam menjalin kerjasama internasional; aktif dalam berkontribusi penyelesaian
 rekomendasi-rekomendasi,  baik  yang  strategis  (jangka  panjang/menengah)  maupun   masalah internasional; namun tetap dalam koridor pencapaian kepentingan nasional.

 maupun yang praktis (jangka pendek).
                  Dengan ‘diplomasi berorientasi pembangunan rezim anti-narkotika’ (diplomasi

 8.1.1. Regime-Building Diplomacy: Leadership   anti-narkotika), Indonesia dapat, misalnya, menyumbangkan ide dan gagasan pencegahan
            dan  pembangunan  alternatif, menginisiasi  kultur  berbagi  informasi intelijen  demi
 with Ideas   pemberantasan yang terpadu, mengembangkan sistem interdiksi dan intersepsi kolektif

            di kalangan sesama penegak hukum, bahkan juga bisa dilakukan dengan mengusulkan

 Indonesia, dengan BNN sebagai lead, perlu untuk mengambil peran dominan dan   sebuah  norma yang  dapat  dijadikan  pegangan  dan  acuan  bersama dalam melindungi

 kepemimpinan untuk menangani isu narkotika dengan cara menjadi alternatif dari ASEAN.   warga ASEAN  dari ancaman narkotika. Keberhasilan  Indonesia  dalam mendifusikan/
                                                                                                             178
 Analisis lingkungan strategis di atas menghantarkan kita pada simpulan bahwa ASEAN   menyebarkan ide dan gagasan ini dengan cara menginisiasi dan memberikan contoh,
 memiliki keterbatasan akut saat berhubungan dengan Tiongkok—dan karena persoalan   akan  dengan  sendirinya  mengonsolidasikan  sebuah  norma  anti-narkotika  di  kawasan

 narkotika ini juga erat kaitannya dengan kepentingan nasional Tiongkok (khususnya BRI   dengan Indonesia sebagai pemimpin yang dalam bahasa Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso
 di kawasan), maka demikianlah keterbatasan ASEAN berlaku. Demikian halnya dengan   sung tulodo, ing madyo mbangun karso.” Namun satu prasyarat sukses strategi ini: Indonesia
 gaya diplomasi cara Asia yang cenderung menggunakan jalur-jalur informal dan kultural,   harus membuktikan—dan memperdengarkan pada negara lain di kawasan—bahwa ide

 institusionalisasi ala ASEAN juga semakin terbatas signifikansinya. Dilemanya, tanpa gerak   dan gagasan ini memang benar-benar bekerja, bahwa Indonesia memang walk the talk.
 koordinatif terpadu dari negara-negara ASEAN, sulit bagi kawasan untuk memproteksi   Poin-poin  berikutnya  akan  mengusulkan  beberapa  strategi  yang  dapat  dilakukan  BNN
 warganya dari ancaman narkotika. Artinya, sulit pula bagi BNN untuk memetik sukses   untuk mencapai kepemimpinan tersebut, sepaket dengan prasyaratnya.


               178   Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink, “International Norm Dynamics and Political Change,” International Organization 52, no. 4
            (1998): 887–917; Laura Allison-Reumann, “The Norm-Diffusion Capacity of ASEAN: Evidence and Challenges,” Pacific Focus 32, no. 1 (2017):
 177   Ghate, “Developing theories of change for social programmes: co-producing evidence-supported quality improvement.”  5–29.


 130  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   131
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150