Page 147 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 147

Rekomendasi                                                                                      Rekomendasi




 1.)  Dasar pembuktian dan saintifik  sampai hari ini. 183  Saat ini, di kala peredaran gelap narkotika sudah berkeskalasi

 Konsepsi kepemimpinan regional dengan model Ki Hajar Dewantara ini konsisten   sampai menjadi ancaman riil bagi keamanan regional sebagaimana diyakini banyak
                          184
 dengan kajian  terkini soal  kepemimpinan internasional:  bahwa kepemimpinan di   pandit,  bisa jadi merupakan  momen bagi Indonesia  untuk  kembali mengambil
 dunia internasional cenderung terbentuk saat negara mengintrodusir norma baru   peran  sentral  menjaga  keamanan di  kawasan  seturut  dengan  Politik  Luar Negeri
 sebagai  standar  legitimasi,  kemudian  mengonsolidasikan  dukungan  dari  negara-  Bebas Aktif.
 negara lainnya, dan dengan menunjukkan bahwa standar norma tersebut adalah

 demi mencapai kepentingan bersama. 179  Namun demikian, gagasan kepemimpinan
 demikian  perlu  dibedakan  dengan  pendekatan-pendekatan  (institusional  liberal)   8.1.2. Strategi Pertahanan Aktif untuk Cegah-
 yang menggunakan landasan kekuatan yang cenderung “keras” dan “lengket” (hard

 and sticky power) seperti militer dan bantuan ekonomi yang sifatnya mengikat maupun   Edar (SPACE)
 lewat tangan institusi yang mendikte.  Berbeda dengan itu, kepemimpinan yang
 180
 kami usulkan, dengan terinspirasi dari Ki Hajar ini, lebih dekat dengan pendekatan-  Kembali ke fungsi kelembagaan BNN dan arti mengedepankan pencegahan sebagai
 pendekatan  konstruktivis  yang  menekankan  kepemimpinan  sebagai suatu  fungsi   paradigma kerja kelembagaan dari perspektif Pertahanan Aktif. Strategi pertahanan aktif
 sosial yang “memfasilitasi agensi kolektif demi mencapai tujuan bersama dalam suatu   mengarahkan BNN untuk menstrategisasi (strategizing) seluruh program kerjanya ke arah

 komunitas internasional.”  Karena jika akan ada kekuatan yang bisa memenangkan   tujuan-tujuan dan capaian pencegahan. Dengan strategisasi, sebuah program kebijakan
 181
 hati negara-negara di ASEAN, maka kekuatan itu tak lain adalah kekuatan sosial.  tidak hanya dilakukan demi luaran dan capaian suatu kebijakan itu per se, melainkan ia
            diletakkan  sebagai prasyarat tak terpisahkan dari tercapainya luaran dan capaian visi
 Diplomasi  pembangunan  rezim  dengan  cara kepemimpinan  gagasan
 sebenarnya  bukanlah  hal  asing  bagi  Indonesia. Kita  sudah  punya  ini,  dan  dunia   kebijakan yang lebih luas. 185  Artinya, suatu kebijakan disematkan peran strategis, dalam
                                                                                                     186
 internasional mencatat, dan bahkan secara aktif mempelajari kesuksesannya. Ada   skema makro dan jangka panjang, sebagai fungsi kesuksesan kebijakan lainnya.  Tujuan
 dua, yaitu kesuksesan diplomatik Indonesia dalam memperjuangkan rezim batas   mempelajari beragam teknik memotong apel, misalnya, bukanlah sekedar penguasaan
 laut lewat UNCLOS pada 1982 dan dalam membangun dan menjaga rezim keamanan   pengetahuan memotong apel. Melainkan ia punya arti strategis untuk mengefisienkan

 regional  Confidence  Building  Measure  (CBM)  di  Asia  Tenggara  lewat  Jakarta   waktu kita ke depannya saat hendak makan apel, sehingga waktu dan tenaga bisa dihemat
 Informal Meeting (JIM) yang mendamaikan konflik di Indocina pada 1988.  Dalam   untuk  menyelesaikan pekerjaan lain yang lebih  penting  (dari sekedar mencari plester
 182
 kedua  contoh  ini  Indonesia  memainkan  peran  sentral:  pertama-tama  memimpin   untuk membungkus jari amatir kita yang teriris pisau saat mengupas apel).

 dengan  mengutarakan gagasan, kemudian  memberi contoh  di depan  dengan   Sebagaimana yang disampaikan Kepala BNN, strategi Pertahanan Aktif perlu untuk
 aktif mengampanyekan dan mengupayakan, dan akhirnya bersama-sama dengan   holistik. Artinya ia tidak hanya memberantas saja, melainkan ia juga harus merehabilitasi;

 negara-negara yang dikonsolidasikannya untuk memperjuangkan gagasan tersebut   demikian halnya dengan rehabilitasi, ia harus juga memberdayakannya. Kepala BNN juga
 di kancah internasional. Sejarah mencatat, dan memang keberhasilannya terbukti   menekankan bahwa strategi Pertahanan Aktif juga harus holistik dalam artian mencakup
            ketiga pendekatan penanggulangan masalah narkotika: supply-, demand-, dan juga harm-



 179   Truong Minh Vu, “International leadership as a process: The case of China in Southeast Asia,” Revista Brasileira de Politica Interna-  183   Ada cerita menarik bahkan soal Kamboja ini seiring kami melaksanakan penelitian. Seorang kerabat anggota tim kami yang kebe-
 cional 60, no. 1 (2017): 1–21; Gábor Illés, András Körösényi, dan Rudolf Metz, “Broadening the limits of reconstructive leadership: Construc-  tulan adalah diplomat di Phnom Penh mengatakan bahwa otoritas Kamboja meminta dihubungkan dengan BNN Indonesia. Katanya, mereka
 tivist elements of Viktor Orbán’s regime-building politics,” British Journal of Politics and International Relations 20, no. 4 (2018): 790–808.  berhasil menangkap pengedar narkotika asal Indonesia dan ingin mengekstradisinya kembali. Yang menarik adalah bahwa mereka ingin
 180   Joseph S. Nye, “How Sharp Power Threatens Soft Power. The Right and Wrong Ways to Respond to Authoritarian Influence,”   melakukan itu tanpa diketahui media demi ikut menjaga nama baik Indonesia di kawasan. Motifnya?—“karena kami pernah berhutang pada
 Foreign Affairs, 2018; G. John Ikenberry dan Daniel H. Nexon, “Hegemony studies 3.0: The dynamics of hegemonic orders,” Security Studies   Indonesia untuk perdamaian di negeri kami.”
 28, no. 3 (2019): 395–421.  184   John Coyne, “Southeast Asia’s looming drug crisis threatens regional security,” The Strategist, 14 Maret 2019, https://www.aspis-
 181   Robyn Eckersley, “Rethinking leadership: understanding the roles of the US and China in the negotiation of the Paris Agreement,”   trategist.org.au/southeast-asias-looming-drug-crisis-threatens-regional-security/; Pascal Tanguay, “Asia is hurtling towards a fentanyl disas-
 European Journal of International Relations, 2020.  ter,” East Asia Forum, 25 Juni 2020, https://www.eastasiaforum.org/2020/06/25/asia-is-hurtling-towards-a-fentanyl-disaster/.
 182   Joanna Dingwall, “Commercial Mining Activities in the Deep Seabed beyond National Jurisdiction: the International Legal Frame-  185   Jackson Nickerson dan Nicholas Argyres, “Strategizing Before Strategic Decision Making,” Strategy Science 3, no. 4 (2018): 592–
 work,” in The Law of the Seabed, vol. 1 (Brill | Nijhoff, 2020), 139–62; M. Nagendra Prasad, Indonesia’s Role in the Resolution of the Cambodian   605.
 Problem (Routledge, 2017).  186   Bencherki et al., “How strategy comes to matter: Strategizing as the communicative materialization of matters of concern.”


 132  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   133
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152