Page 18 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 18
Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif
Ketiga adalah blundernya rezim penghukuman, baik pemasyarakatan maupun
Sebagaimana doktrin Pertahanan Aktif, strategi ini pertama-tama berlaku ke dalam,
namun itu dilakukannya untuk meningkatkan kapasitas ke luar. Sebelum ke rekomendasi, rehabilitasi. Belum banyak (jika bukan tidak ada) data dan penelitian dalam negeri soal
berikut analisis lingkungan strategis yang menjadi tantangan bagi strategi ini. residivisime dari kedua program, yang artinya belum ada kajian yang mengonfirmasi capaian
(outcome) keberhasilan dari kedua program. Sebaliknya, di permukaan, kita mendapati
fenomena overkapasitas penjara dan pengendalian narkotika dari penjara; dan di sisi
Lingkungan Strategis (Eksternal dan Internal) rehabilitasi, studi lapangan menerima banyak testimoni soal tingkat relapse yang tinggi.
Ketimbang melihat secara parsial sebagai soal sistem pemasyarakatan dan teknik rehabilitasi,
Ada tiga perkembangan yang penting terkait lingkungan strategis eksternal. Pertama, terlebih krusial untuk mengevaluasi kembali secara ilmiah dan empirik soal efektivitas rezim
dugaan sindikat kejahatan transnasional di balik bisnis adiksi ilegal yang bersumber dari penghukuman secara umum terhadap penanggulangan masalah narkotika.
Myanmar akhirnya terbukti dengan laporan terkini soal kartel Sam Gor, yang dipimpin oleh Keempat adalah persoalan anak muda, khususnya remaja, yang belum mendapat
seorang buron Tse Chi Lop yang mampu menyatukan 19 sindikat di Tiongkok, Hongkong, perhatian serius dalam tindakan-tindakan intervensi (dari sosialisasi sampai rehabilitasi)
Macau, Taiwan, Malaysia, dan Myanmar. Sindikat ini diestimasi meraup keuntungan karena bias-bias yang disebabkan oleh gap generasi. Terdapat penyepelean yang berujung
sampai US$ 17 miliar, yakni sepertiga dari volume pasar metamfetamin di Asia Timur, pada stereotipisasi terhadap pola pikir dan pola bergaul anak muda remaja di kalangan
Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia. Kedua, sumber prekursor narkotika sintesis perumus program. Hal ini khususnya menyangkut mekanisme pertahanan mental (coping)
(baik shabu maupun opiat/fentanil) adalah dari Tiongkok. Ada dilema dari pemerintah anak muda terhadap tekanan-tekanan sosial yang dihadapinya, baik secara ekonomi
Tiongkok untuk tegas mengatur dan mendisiplinkan produksi dan distribusi prekursor ini maupun secara sosiokultural; dan juga soal pola pergaulan dan interaksi kelompok di antara
dari dalam negeri. Alasannya, pertama, karena itu akan mengganggu perekonomiannya mereka. Namun demikian, masih sedikit upaya (jika bukan tidak ada) untuk mengkaji secara
sebagai industri farmasi terbesar kedua di dunia, dan kedua, karena itu akan mengganggu empirik dan ilmiah soal capaian keberhasilan dalam menjangkau anak muda. Sebaliknya,
proyek jalur sutranya (Belt and Road Initiative), khususnya di koridor Myanmar. Dilaporkan yang muncul di permukaan adalah tingginya angka depresi di kalangan anak-muda remaja,
juga bahkan bahwa Tiongkok berkompromi dengan kelompok separatis Wa di perbatasan dan juga tingginya angka prevalensi narkotika yang coba-coba karena teman.
koridor Myanmar. Lalu ketiga adalah soal arsitektur regional di ASEAN yang memiliki Kelima masih minimnya kapasitas dunia akademik Indonesia untuk mengawal kebijakan-
fungsi ambigu. Memanfaatkan ASEAN tidak bisa secara multilateral; hanya jalur bilateral kebijakan. Insularitas dan keterasingan dari perkembangan akademik terkini terjadi secara
saja yang dapat memanfaatkan peran ASEAN dalam upaya penanggulangan masalah akut di penelitian soal narkotika oleh penulis Indonesia. Ini terlihat dari amat rendahnya
narkotika di kawasan.
jumlah artikel (di bawah 10 persen) yang mampu memenuhi standar kepatutan minimum
Ke dalam, setidaknya ada empat situasi yang secara strategis berkontribusi pada soal referensi, bahkan jauh lebih rendah (0,97%) lagi untuk standar kepatutan referensi jurnal
permasalahan narkotika yang perlu diperhatikan secara serius. Pertama adalah soal ilmiah. Dari luar negeri, penelitian soal narkotika di Indonesia juga tergolong minim. Dunia
sindikat Sam Gor yang jejaknya sudah banyak ditemukan di Indonesia. Kehadiran ini juga akademik Indonesia secara umum punya PR untuk memperbaiki dirinya jika ingin sukses
harus meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi krisis opium sintesis, fentanil, mendukung kebijakan-kebijakan narkotika yang berbasiskan riset.
yang juga ditengarai sebagai komoditas bisnis Sam Gor. Kemudian yang kedua adalah soal
kemiskinan di perbatasan yang kerap diduga menjadi katalis suplai lintas batas negara.
Sekalipun pandangan ini banyak didengar selama studi lapangan, namun demikian Kondisi Kelembagaan (Internal dan Eksternal
pendalaman dengan data-data statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan BNN)
signifikan antara kemiskinan dengan peredaran. Sekalipun tampak ada hubungannya di
lapangan, banyak analisis yang menunjukkan bahwa kemiskinan tidaklah berdiri sendiri Di Internal BNN, persoalan pertama yang ditemukan adalah belum adanya skema
dalam memfasilitasi peredaran. Hal ini penting untuk menghalau bias dan stereotipisasi pengukuran capaian hasil yang secara kelembagaan dipakai untuk mengukur keberhasilan/
orang miskin di perbatasan sebagai otomatis menjadi kurir karena tergiur bayaran besar. kegagalan upaya penanggulangan narkotika. Indeks-indeks yang ada masih mengukur
4 Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) 5
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika